Senin, 20 November 2017

Ketika Hidup Tak Memberi Pilihan untuk Sebuah Passion - Cerita Perempuan Desa Kapopo

Cerita Perempuan dari Desa Kapopo
===========================
Adalah ibu Ani, seorang single mother yang ditinggal mati oleh sang suami yang saat ini berdomisili di Desa Kapopo Ngata Baru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah yang telah membuka mata saya bagaimana sebuah kemiskinan merupakan mata rantai  panjang dan membuat saya melihat hal tersebut merupakan proses terstruktur di negeri ini. Hal ini tidak akan saya bahas panjang lebar karena bukan bagian ini yang ingin saya ceritakan.
Ada sebuah amanah dari sahabat saya di Australia yang berketurunan Arab Saudi untuk memberikan zakat malnya kepada mustahiq di Indonesia. Dia memastikan bahwa orang miskin yang harus kamu berikan uang ini adalah betul-betul miskin lalu saya berselancar di internet apa saja kategori miskin dalam Islam dan saya menemukan orang-orang di sekitar saya belum ada yang memenuhi syarat ini.
Lalu saya kabarkan kepadanya yah sebut saja namanya Hakamy. Hakamy menyarankan "Go outside your place that you usually go" dan saya mengiklankan di sebuah grup facebook ternama di Kota Palu bahwa saya mencari sekitar 10 orang yang masuk kategori miskin karena ini bukan uang saya dimana saya bisa memberikan kepada siapa yang menurut perasaan saya miskin. 
Adalah hal aneh bagi sebagian orang bahwa ada yang ingin memberi donasi namun mengiklankannya. Ada yang merespon lewat direct message ke saya namun ketika ingin bertemu dan saya minta nomor HP merasa saya adalah penipu. Amat sangat wajar, saya memahami hal tersebut.
Lalu senior saya di Bahasa Inggris, Untad, membaca iklan tersebut dan mengajak saya ke Desa Kapopo dimana awalnya hanya berbekal nomor HPnya dan saya tidak tahu bahwa dia  senior saya. Berbekal nomor HP tersebut saya menghubungi dan kami bertemu dan akhirnya kami tahu bahwa kita pernah sekampus dan dipertemukan disini dalam sebuah amanah orang.
Dia menunjukkan dimana Ibu Ani tinggal lalu kami berikan donasi uang yang sudah diamplopkan. Mendatangi rumah bu Ani merupakan pengalaman tak terlupakan bagi saya dimana saat itu saya terfikir akan ada wajah memelas akan saya hadapi dan dengan rasa PD saya akan hal itu namun fakta yang saya temui berbeda.
Seorang ibu dengan pengalaman atas kerasnya hidup menjadi tulang punggung keluarga dan tak ada rasa ingin dibelaskasihani. Anak yang sekarang menemaninya adalah kekuatannya sementara 3 anaknya yang lain telah menikah di usia muda. Kebanyakan muda-mudi di desa ini menikah di usia belasan dan hanya menamatkan pendidikan SD. Alhamdulillah anak yang masih menemaninya saat ini sudah masuk di MTS lalu demi menyambung hidup dan anaknya, dia tak ada pilihan selain masuk ke hutan mencari kayu bakar atau membuat arang yang kita tahu pekerjaan menebang pohon dan membuat menjadi arang adalah pekerjaan lelaki.
Ketika hidup tak menawarkan sebuah pilihan masihkan kita mencari yang namanya passion dalam pekerjaan? Adakah passion di dalam kepala ibu Ani? Adalah tujuan hidup untuk membiayai keluarga dan anaknya sebagai single parent mengalahkan passion dan ibu Ani tak akan mengerti konsep passion yang selalu saya gaungkan selama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gerakan Donasi Penghafal Qur'an Yatim / Berprestasi

Bismillah THE VOLUNTEERS adalah komunitas yang bergerak dalam dunia Islam dan kemanusiaan. Kali ini kami memperkenalkan program kami khusus...