Rabu, 29 Januari 2014

Memetik Manfaat dari Pertukaran Pemuda Indonesia Australia

Di kalangan masyarakat umum melakukan hal yang anti-mainstream merupakan hal yang tidak lazim salah satunya adalah ikut kegiatan pertukaran pemuda antar negara. Di luar sana ketika saya terpilih mewakili Sulteng dalam Australia Indonesia Youth Exchange Program AIYEP tak sedikit pandangan negatif bahwa hal tersebut hanya buang-buang waktu, membuat lambat selesai kuliah dan sederetan alasan lainnya. Entahlah mungkin di mata orang tersebut hidup itu hanya dilahirkan, sekolah baik-baik, kuliah dengan IPK tinggi, kerja jadi PNS, menikah selanjutnya beranak pinak dan mati. Mungkin itulah siklus hidup seorang yang pada umumnya.

Saya selalu ingin membuat jalan hidup saya sendiri. Sendiri, yah sendiri dengan cara saya sendiri bukan didikte dari siapapun, ingin keluar dari mainstream orang Palu kebanyakan dan saya ingin melihat dunia, mengamati perbandingan budaya dan menikmati sensasi travelling. Sungguh, saya bisa terheran-heran dibuat bagaimana seorang yang tajir tidak pernah travelling. Come on! hidup itu cuma sekali, lihatlah dunia yang luas ini dan kau akan kaya pengalaman dan jiwa.

Perubahan cara pandang saya melihat hidup menjadi lebih simple merupakan manfaat dari mengikuti Pertukaran Pemuda. Saya melihat hidup lebih sederhana dimana dulu saya melihat segala sesuatunya begitu ruwet. Sekarang ini hidup bagi saya adalah sebuah perjalanan singkat yang harus kita warnai seindah mungkin dengan pengalaman yang banyak. Nah bayangkan kalau kertas perjalanan saya hanya diisi dengan cerita-cerita seperti kebanyakan orang  dan sampai mati hanya membanggakan dari mana saya berada. Oh, Herul life is once only, LIVE IT! lalu saya pun berubah, ingin melihat belahan dunia lainnya. Perubahan  pada cara saya melihat hidup ini pun dirasakan benar oleh orang-orang terdekat saya dalam keluarga. Dalam waktu kurang dari 6 bulan program PPAN telah merubah sisa hidup saya yang mungkin sudah bisa ditebak arah sebelumnya namun saya membongkar puzzle itu dan menjalaninya dengan sebuah petualangan dan merangkai dan membingkai ala saya.

Memiliki networking secara internasional dengan teman-teman dari berbagai daerah di Indonesia dan kota-kota di Australia bahkan negara lain yang kita akan temui selama perjalanan program PPAN merupakan nilai plus lainnya dari mengikuti program PPAN. Bayangkan kamu memiliki 17 teman seprogram dari berbagai daerah di Indonesia, ini bukan hal biasa super duper extra luar biasa. Mengapa? mereka orang-orang pilihan dari daerah mereka masing-masing yang memiliki potensi besar menjadi pemimpin di daerah mereka. Prestasi mereka luar biasa baik nasional maupun internasional, pengalaman kerja yang hebat dan prestasi akademik yang gemilang. Prestasi sebagai duta wisata hampir disandang semua peserta Indonesia, bekerja di tempat bergengsi dan segudang pengalaman mereka yang membuat saya rasanya minder waktu itu untuk mengeksplorasi keunikan masing-masing teman saya di program. Orang-orang yang saya temui dalam perjalanan hidup saya membuat saya 'kaya' dan selalu merasa kurang dalam hal pengalaman.

Belumlah puas rasanya menjelajahi kehebatan teman-teman Indonesia saya, lalu saya pun harus bergaul lagi dengan 18 pemuda-pemuda Australia selama program. Hangatnya diskusi kami tentang budaya, pandangan hidup dan paling menarik yang membuat saya selalu ingin tahu latar belakang seseorang melakukan suatu tindakan yang mungkin bisa saya lihat dari peserta Australia. Hidup berdampingan dengan mereka selama program memang saya rasakan membutuhkan kesabaran yang tinggi dikarenakan perbedaan latar belakang budaya kami namun dibalik semua itu mereka memberikan saya pelajaran berharga untuk selalu bertoleransi dalam hidup berdampingan. Pelajaran mengenai kerja keras, pantang menyerah, tepat waktu dan berdisiplin adalah sebagian kecil yang bisa saya pelajari dari peserta-peserta Australia. Ditambah lagi suasana keakraban dan kekeluargaan menghiasi persahabatan antar dua negara Australia dan Indonesia.

Pengalaman hidup, tinggal dan menjadi bagian dari keluarga Australia selama dua bulan merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi saya. Mengamati secara langsung kebiasaan orang Australia dan turut menjadi bagian dari anggota keluarga menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Saya jadi bertoleransi dengan orang tua angkat saya yang tidak memahami kebudayaan, pandangan hidup dan agama saya. Setelah bersama mereka dua bulan saya merasakan half of my way has been lost and another half better way of life has been adopted. Sadar atau tidak, saya telah tinggal di dalam keluarga ini, makan makanan yang sama di meja makan bersama-sama, memanggil mereka mom and dad, mengantar saya ke masjid untuk sholat Jum'at padahal mereka Atheis dan tiap pagi menyapa saya good morning Herul menjadi pengalaman takkan terganti dalam hidup saya. Komunikasi saya pun tetap terjalin hingga saat ini sehingga memungkinkan saya untuk mengunjungi mereka kembali di Australia. Nah satu lagi keuntungan dari tinggal di host family ini adalah pengalamannya karena kalaupun kita ke Australia belum tentu bisa hidup dan tinggal serta mengambil bagian sebagai anggota keluarga dalam keluarga Australia. Kapan lagi kalau bukan di PPAN ini.

Secara internasional well-recognized certificate dari youth exchange sangat berpengaruh. Nah tak jarang alumni PPAN mendapatkan pekerjaan dengan mudah dan beasiswa ke luar negeri dengan mudah karena sertifikat yang dimiliki telah bertaraf internasional. Berikut beberapa alumni pertukaran pemuda asal Sulawesi Tengah yang berhasil mendapatkan beasiswa melanjutkan study di luar negeri Habiruddin Said dan Putri Gagaramusu di USA, Zulkifli Radjamuda di UK, Mochtar Marhum dan Nursehang Thamrin di Australia, Agus Lamakarate di Canada,  Fadila dan Evi Yuniarti di Belanda, Mukrim Tamrin di New Zealand dan saya sendiri yang sekarang masih menempuh master saya di Australia.

Disamping kami juga mendapatkan sertifikat dari pihak negara tujuan kita dalam hal ini government mereka dan dari pihak kita yang dikeluarkan oleh pemerintah Negara Republik Indonesia sebagai duta bangsa. Yah, kita bisa keluar negeri bolak balik berapa kali namun sertifikat ini tidak akan kita miliki kalau tidak pernah mengikuti exchange program. Nah karena kita sudah mendapatkan sertifikat bertaraf internasional sehingga memudahkan kita untuk membuka peluang-peluang lainnya.

Saya dan Counterpart

Banyak yang bertanya apa itu counterpart? Untuk program Australia Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP) counterpart hanya ada di fase Indonesia jadi selama kami di Australia kami tidak didampingi counterpart. Jadi counterpart itu adalah peserta dari Australia yang dipasangkan dengan peserta Indonesia selama program berlangsung. Counterpart dipilih berdasarkan keputusan koordinator dengan melihat profil masing-masing peserta yang memiliki kesamaan minat, pekerjaan dan latar belakang pendidikan. Selama program kita akan tinggal serumah bahkan sekamar bahkan seranjang dengan counterpart selama dua bulan. Dua bulan bukanlah waktu singkat untuk melatih sabar, melatih bahasa Inggris dan menjadi guide dadakan gratis kemana-mana. Peserta Indonesia akan menemani counterpart melakukan kegiatan workplacement di Indonesia dan membantu komunikasi dengan orang tua angkat di Indonesia. Weits. hal ini bukan perkara mudah, sounds good tapi resikonya tinggi.


Sekembalinya saya di Palu ada hal yang saya rasakan berbeda yakni nilai tawar saya sebagai pengajar Bahasa Inggris kian naik karena berkat pengalaman saya di Australia. Hal ini memang terbukti dengan semakin membaiknya komunikasi saya dalam berbahasa Inggris dikarenakan dua bulan tinggal bersama orang tua angkat dan dua bulan bersama counterpart. So I rarely use my mother tongue in my daily life during the program. Dengan semakin tingginya permintaan untuk mengajar membuat nilai tawar saya naik sehingga bisa ditebak akan berefek ke isi dompet. Saya bisa pasang tarif untuk setiap les privat dan mengajar di lembaga. See how it works. Setelah saya menyelesaikan kuliah saya tepat waktu. tolong dicatat bahwa dengan mengikuti program PPAN tidak menghambat kuliah saya dan saya tetap bisa selesai selama 4 tahun dengan IPK memuaskan bagi saya. Nah terbantahkan kan mitos anak program telat selesai karena masalah selesai kuliah adalah masalah personal tolong jangan disangkutpautkan dengan program PPAN. seseorang yang tanpa mengikuti PPAN juga bisa cepat selesai dan lambat selesai semua tergantung dari person itu sendiri.

Setelah pulang ke Sulawesi Tengah saya bergabung dengan para alumni PPAN dibawah payung Purna Caraka Muda Indonesia (PCMI) Sulteng. Hal yang sangat saya dambakan untuk menjadi bagian dari keluarga besar orang-orang hebat di mata saya. Semenjak kuliah anak-anak PCMI memiliki prestasi yang gemilang dan selalu menjadi role model bagi adik-adik junior. Setiap cerita dan inspirasi dari mereka menjadi pemicu saya untuk tetap mengejar mimpi ke negeri impian. Menjadi bagian dari PCMI, yang beranggotakan putra-putra terbaik Sulawesi Tengah mengabdi untuk Sulteng dan memberikan arahan bagi calon-calon penerus PCMI ke depannya sehingga PPAN makin dikenal di masyarakat sehingga bisa memberikan kontribusi bagi pemuda di Sulteng.

Berkat pengalaman mengikuti seleksi PPAN yang ketat saya membuka peluang yang lain yakni di tahun 2006 saya terpilih menjadi Putera Pariwisata Sulawesi Tengah dimana pemilihannya diikuti 7 kabupaten dan 1 kota di Sulawesi Tengah. Program ini diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah. Disini saya benar-benar diberi kesempatan lagi berkat mengikuti seleksi PPAN. Percaya diri, kepemimpinan dan keinginan untuk berkompetisi terus terbangun semenjak dinyatakan menjadi Calon Duta Sulawesi Tengah di PPAN Australia Indonesia.

Alhamdulillah ketika selesai kuliah saya daftar CPNS dan saya lulus pada percobaan pertama. Semua berkat karunia Allah yang membukakan saya peluang untuk mengikuti PPAN dimana saya memiliki sertifikat dua negara yakni Australia dan Negara Republik Indonesia tercinta dalam hal ini Kemenpora, selanjutnya saya memiliki sertifikat dari pemerintah Kalimantan Selatan, Sertifikat dua tempat kerja saya di Australia dan beberapa surat referensi dari atasan saya di Australia. Dan satu lagi daftar riwayat hidup saya menjadi panjang setelah mengikuti program PPAN disamping saya juga memang hobby berpindah-pindah tempat kerja.

Plus lainnya adalah kesempatan besar untuk mengunjungi negara-negara lain melalui beasiswa. Dengan sertifikat yang kita telah miliki menjadi nilai plus bagi alumni PPAN untuk mendapatkan beasiswa lainnya ke berbagai negara. Sebelumnya saya pernah ke India melalui beasiswa ITEC (pengalaman di India) dan beasiswa Australia Awards Scholarships AAS untuk program master di Flinders University pada Jurusan Education (pengalaman di Adelaide, Australia). Saya sendiri sudah empat kali menerima beasiswa setelah program PPAN berlangsung dan saat ini saya sedang berada di Australia sebagai penerima beasiswa Australia Awards Scholarships (AAS) selama dua tahun ke depannya. Sungguh sebuah pintu kecil pembuka jalan-jalan besar lainnya yang diberikan ALLAH melalui kesempatan berpartisipasi di PPAN Australia Indonesia.


Salam Saya,

Khairullah
Master of Education, Special Educatio
Sturt Road, Bedford Park | South Australia | 5042
GPO Box 2100 | Adelaide SA 5001
Email: raza0017@flinders.edu.au
Mobile: +61450-191414





Minggu, 26 Januari 2014

Adjustment Time in Australia

Ketika menginjakkan kaki di Adelaide dan menikmati 'keajaiban - keajaiban' kecil dan besar saya sangat menikmati semuanya secara keseluruhan. Namun di balik semua itu saya membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri 'adjust' dengan sebuah budaya baru yang bisa dikatakan sangat berbeda dengan apa yang saya jalani di daerah saya. Beruntungnya dengan pembekalan pada program Pre-Departure Training di IALF Denpasar menjadi penunjang bagi saya bahwa saya butuh waktu untuk beradaptasi. Intinya bagi saya jangan terlalu kaku dengan hal hal baru dan jangan terlalu  excited karena di satu titik kita akan jenuh dengan semua "keajaiban-keajaiban" ini dan merindukan kembali serta ada rasa ingin kembali ke tanah air. Jadi intinya diperlukan untuk mengendalikan emosi yang yang memang naik turun namun harus dibarengi sedikit pengenalan tentang apa yang sedang kita hadapi.

Kecemasan adalah salah satu yang bisa menimpa siapa saja terutama bagi kita yang mempunyai tujuan study di luar negeri. Cemas mencari tempat yang tepat, memilih provider telpon, bertemu orang-orang baru dalam waktu bersamaan serta cemas tentang bagaimana situasi akademik di Australia. Semua awardee merasakan cemas namun tiap orang memiliki kadar kecemasan yang berbeda dan sangat bergantung dengan bagaimana kita menyikapi kecemasan tersebut.

Hal menarik lainnya dalah keteraturan hidup orang-orang Australia dalam menjalani hidup sehari-hari membuat kita terkagum-kagum namun di satu titik saya pribadi  jenuh dengan hidup yang sangat teratur dan mapan saya merasa membutuhkan sedikit 'tantangan' apa yang  sering saya alami di Indonesia.

Masa-masa membandingkan antara fasilitas dan kehidupan di Australia adalah topik hangat setiap awardee yang baru menginjakkan kaki di negeri kangguru. Saya pun demikian, namun saya masih tetap di dalam hati merindukan hidup yang sedikit 'careless' ala Indonesia. berbahagialah seadanya karena di satu waktu kita akan bosan dengan kehidupan seperti ini dan mengharapkan lagi hidup seperti di Indonesia
Berikut beberapa coretan menarik kejadian yang saya amati:

  1. Toilet 
    merupakan perkara 'besar' bagi kami yang muslim dari Indonesia karena di toilet tidak tersedia air untuk membasuh dan mencuci setelah buang air sehingga cara mengakalinya adalah buang air besarlah saat di rumah serta siapkan ember untuk menampung air untuk cebok di toilet karena di tempat umum tidak akan pernah kita dapatkan.
  1. Saat summer siang lebih panjang dan saya haruse terbiasa untuk sholat magrib jam 20.35 karena matahari baru tebenam menjelang pukul 21.00 setiap hari namun subuhnya tetap di jam 04.45. Awal-awal kedatangan saya selalu tidur diatas jam 12 dan telat bangun subuh namun berkat penyesuaian yang baik perlahan-lahan saya tidur sebelum pukul 23.00 setiap malam demi mempersiapkan sholat shubuh tepat waktu.
  2. Setiap melakukan perjalanan saya menggunakan metro sejenis Trans Jakarta di Indonesia namun keadaannya sangat nyaman dan tidak sesak sehingga hampir sebagian penduduk Australia menggunakan transportasi umum hal ini terbalik di Indonesia dimana pemilik kendaraan pribadi lebih tinggi dibanding yang menggunakan transportasi umum terutama di Kota Palu tempat asal saya.
  3. Pantai di Australia, 
    Saya salah  persepsi mengenai pantai di Indonesia lebih cantik dari pada pantai di Australia. Ternyata Pantai di Australia sangat indah dan pasirnya bersih putih lautnya bersih jadi kalau ngomongin pantai ke bule-bule Aussie gak perlu berlebih karena di kampung mereka juga ada kok. Saya lalu berfikir kalau bule-bule Australia senang berlibur di pantai di Kuta Bali lalu apa yang mereka cari? teman saya seorang bule Aussie mengatakan 'freedom' yah bisa kita katakan Bali itu surganya kebebasan bagi bule-bule. 
  4. Kalau di Indonesia saya sangat alergi kalau ada pria yang pake lotion, SPF, dan sun blcok dan sejeknisnya nah di Australia saya harus pakai karena kulit saya akan pecah-pecah dan kering jika tanpa memakai sun block ditambah lagi kaca mata untuk menghindari panasnya terik matahari saat summer. Jadi orang pakai kacamata hitam di luar negeri itu ternyata bukan gaya-gayaan hehehe
  5. Lunch Box, 
    Di Indonesia kita akan jarang menemukan pria-pria membawa lunch box ke kampus namun di Australia membawah bekal untuk makan siang dan ditenteng sana sini jadi sebuah gaya hidup. Kalaupun mungkin ada pria Indonesia yang bawah lunch box di Indonesia mungkin diumpetin di tas namun di Australia ini adalah hal wajar membawah makanan dari rumah dan kita bisa makan bareng dengan teman-teman di taman sambil melihat orang lalu lalang atau di kantin. Saya lebih menikmati di taman yang sangat windy dan nyaman melihat orang sibuk ke sana kemari.
  6. Belanja dadakan di warung-warung dekat rumah hanya bisa kita lakukan di Indonesia karena di Australia tidak ada jualan ala warung-warung yang sangat membantu kalau gula lagi abis di rumah hehehe sehingga kita berbelanja di Australia sudah harus terencana apa yang harus dibeli untuk kebutuhan seminggu dan tempat belanjanya pun jauh sehingga memang harus di list sebelum berangkat.
  7. Membawa botol ketika akan ke toilet untuk buang air kecil. Yah ini saya lakukan karena toilet untuk buang air kecil di Australia tidak ada airnya untuk mencuci si Mr. jadinya saya harus menyiapkan air di botol kemana-mana.
  8. Jam kerja dan belajar pada pagi hari rata-rata dimulai pukul 9 dan 10 di Australia sementara di Indonesia sangat lumrah dimulai pukul 7 dan 8. 
  9. Disini ke kelas pakaiannya lebih santai, jangan heran jika mendapati guru memakai celana diatas lutut, mahasiswa memakai sandal jepit, mahasiswa memakai tank top ke kelas dan memakai T-shirt ke dalam kelas. Hal yang sangat tidak lazim di Indonesia dan dianggap tidak sopan.
  10. Disini saya harus terbiasa kembali memanggil orang-orang lebih tua dari saya seperti guru dan dosen dengan nama panggilan mereka tanpa memanggil Mr. Sir dan Mrs. Bahkan disini terkesan kurang sopan apabila yang bersangkutan sudah menyampaikan untuk dipanggil dengan nama saja tapi kita tetap memanggil Mr atau Sir.
  11. Sistem perkuliahan yang sangat berbeda yang lebih mengedepankan belajar mandiri. Dosen hanya memaparkan sebagian kecil dari materi perkuliahan namun sebagian besar waktu kita harus digunakan untuk belajar mandiri. Biasanya perkuliahan ada bentuknya external dan internal. External ini tidak ada tatap muka hanya booklet bahan kuliah dikirimkan ke mahasiswa lalu didiskusikan melalui Learning Online System. Internal kuliah tatap muka sebanyak 2 -3 jam per meeting dan total pertemuan sebanyak 12 pertemuan. Ada juga kelas yang hanya 4 kali pertemuan selama 1 semester. 
TO BE CONTINUED

Sabtu, 25 Januari 2014

From Australia Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP) to Australia Awards Scholarships (AAS)

Untuk kedua kalinya saya akan menginjakkan kaki di negeri kangguru dimana kedua kesempatan tersebut saya peroleh berkat rahmat Allah melalui beasiswa dari Pemerintah Australia. Ketika saya berada di Darwin, Australia sebagai tempat saya untuk program AIYEP saya menanamkan dalam hati bahwa saya Insya Allah akan melanjutkan sekolah di negeri kangguru ini, mimpi saya tidak boleh terhenti hanya sampai di program AIYEP. Saya harus mencari jalan untuk bersekolah dan mengeyam pendidikan di negeri tetangga ini dan tentunya melalui jalur beasiswa.



Ditambah lagi Darwin merupakan hanya gambaran kecil dari Australia sehingga saya harus kembali menginjakkan kaki ke Australia untuk menjelajahi belahan lain kota-kota di Australia dengan mengunjungi Melbourne, Sydney, Perth dan Canberra. Saya ingin melihat Opera House dan Sydney Harbour Bridge... Amazing sekali rasanya bisa menginjakkan kaki disana.

Untuk mewujudkan impian itu saya membangun network selama mengikuti program AIYEP untuk pengembangan karir saya ke depan dan terbukti alhamdulillah berkat networking saya dengan teman-teman Australia sangat membantu saya dalam memberikan arahan selama mengikuti proses aplikasi beasiswa program master AAS.


Akhirnya tanggal 13 Januari hari keberangkatan ke Australia tiba. Hari yang telah lama dinantikan dengan pesawat Qantas QF42 mengantarkan ke Sydney selama kurang lebih 6 jam akhirnya tiba di Bandara Sydney pukul 06.00 waktu Sydney dilanjutkan sekitar jam 10.00 menuju Adelaide dengan pesawat Qantas QF 741 menuju Adelaide. Selama dalam pesawat menuju Sydney saya tidak bisa tidur sama sekali padahal biasanya saya selalu tertidur pulas di pesawat namun kali ini mixed feeling yang saya alami. Meningat keluarga di rumah, ingat semua-semuanya. Sesekali saya melirik awardee lain semuanya tertidur nyenyak dan saya mencoba mengajak Adi yang disamping saya untuk ngobrol tapi dia juga pulas tidurnya. Akhirnya melongolah saya, bolak balik ke toilet dan mendengar lagu sambil menutup kepala dan selimut namun sama saja tidak bisa tidur.


Akhirnya sampai juga di Sydney sebelumnya kami diberi makan pagi yang serasa baru 3 jam selesai makan malam dikasih sekarang makan pagi lagi. Sepertinya ini karena menyesuaikan waktu Sydney dimana jam tersebut sekitar jam 6 pagi. Finally Australia, dan sesampainya di Bandara Sydney kami langsung bergegas turun dan menunggu bagasi yang lumayan lama sekali ditambah antrian imigrasinya yang panjang dilanjutkan pemeriksaan barang-barang yang dideclare. sedikit ada masalah dengan obat yang saya bawah karena tidak memiliki label

Sekarang tibalah di Adelaide pukul 11 siang pukul 12 siang waktu setempat. Here, I am finally Adelaide - 14 January 2014

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melamar Beasiswa Australia Awards Scholarships (AAS)

Pengalaman saya mendaftar beasiswa AAS sebanyak tiga kali hingga akhirnya saya lolos dan masuk wawancara dan alhamdulillah terpilih menjadi awardee membuat saya memiliki persepsi pribadi apa yang sebenarnya diharapkan AAS dari pelamar-pelamar. Ini merupakan analisa pribadi saya dan jika mungkin salah mohon dimaafkan karena ini hanyalah sarana berbagi untuk membantu calon pelamar untuk menjadikan bahan pertimbangan sebelum melamar beasiswa AAS. Berikut beberapa hal yang dimaksud:
  • Bekerja pada sektor yang merupakan fokus kerja dari AAS termasuk lembaga pemerintah dan swasta yang memiliki kontribusi  ke Pembangunan Jangka Panjang Indonesia. Jika Anda seorang PNS, Anda cukup 'memoles' hal tersebut di dalam essay dikarenakan PNS merupakan profesi yang bersentuhan langsung dengan pembangunan Indonesia. Selanjutnya jika bekerja di sektor swasta hubungkan pekerjaan Anda dengan kegiatan-kegiatan yang memiliki hubungan dengan pembangunan di Indonesia dimana Anda terlibat untuk berkontribusi disana. Penting untuk diperhatikan bahwa pelamar AAS tiap tahunnya semakin bertambah sehingga persaingan semakin ketat dan profesi-profesi yang cocok dengan prioritas tentu sangatlah banyak dari lamaran yang masuk sekitar 4000an.

  • Keterkaitan hubungan antara pendidikan Anda sebelumnya dengan jurusan yang akan Anda diambil di Australia. Hal ini sangat penting karena panelis ingin memastikan bahwa Anda mumpuni di jurusan Anda dan perlu untuk disekolahkan di Australia. Namun jika pekerjaan yang Anda geluti saat ini sudah berbeda dengan latar belakang pendidikan sebelumnya Anda harus menjelaskan dengan kuat alasannya. Dalam hal ini Anda harus dengan sangat meyakinkan bahwa Anda mampu dan butuh dengan jurusan tersebut. Anda harus perkuat dan pertajam essay Anda melebihi essay orang-orang yang memilih jurusan yang linear.

  • Pilihlah jurusan yang memang benar-benar dibutuhkan di institusi Anda dan Anda harus meyakinkan bahwa jurusan tersebut dibutuhkan dengan alasan yang sangat kuat dan urgensi dari jurusan tersebut. Berikan alasan bagaimana caranya panelis memilih Anda dari 10 orang pelamar dengan jurusan yang sama dan mereka harus memilih Anda sebagai analoginya. Ini bukanlah masalah essay yang bagus namun di luar sana saingan Anda juga banyak dan tentu essaynya juga tak kalah hebatnya. Makanya Anda harus selalu berfikir urgensi apa yang harus dilakukan sehingga Anda layak dan harus disekolahkan.

  • Jika memungkinkan pilihlah jurusan dimana jurusan tersebut belum ada di Indonesia kalaupun ada spesifikasi ilmunya ada baiknya jelaskan  keunggulannya di Australia karena jika jurusan tersebut ada di Indonesia maka sepertinya Anda tidak harus disekolahkan oleh AAS meskipun Anda potensial.

  • Kongkritkan langkah dan usaha Anda setelah pulang disertai kontribusi yang ingin dilakukan setelah pulang dari program AAS.

  • Bekerja di daerah terpencil dan Indonesia bagian Timur menjadi prioritas, semakin terpencil tempat Anda bekerja chance untuk mendapatkan AAS hal ini berdasarkan survey kecil-kecilan yang saya amati dari kawan-kawan penerima beasiswa AAS di kelas saya mereka kebanyakan bekerja di daerah terpencil di Indonesia Timur namun bukan berarti mereka yang bekerja di kota besar tak memiliki kesempatan. Jadi kesempatan selalu terbuka jika ada usaha. Saya sendiri bukan dari kawasan Indonesia Timur dan bekerja di kota.

  • Berikut ini ada video dari Ketua Tim JST AAS Video dimana kalian bisa tonton aspek apa saja yang kerap lewat dari perhatian pelamar beasiswa. 
Selamat mencoba peruntungan beasiswa Anda!



Khairullah
+8613255901135 WA only

Rabu, 22 Januari 2014

Resmi Menjadi Mahasiswa School of Education Flinders University





Hari kedua di kampus Flinders saya mengurus kampus enrollment saya. Bingung! yah dengan kemampuan bahasa Inggris saya yang pas-pasan namun berbekal kertas data diri saya dan apa yang harus saya lakukan itulah yang saya lakukan kemana saya akan pergi dan apa yang harus saya lakukan. Step Enrollment saya harus diaktifasi dulu FAN dan akun saya sebagai mahasiswa Flinders yang dibantu seorang Senior dari Kupang. Thanks kakak Although I forget your name My prayer goes to you. Setelah aktifasi FAN saya menuju Student Center menunjukkan visa dan passport yang menunjukkan bahwa kamu Ausaid Student. Bangga juga rasanya dapat panggilan  Ausaid Student. Sesudah proses di Student Centre saya diprintkan nama supervisor dan coordinator saya pada jurusan saya untuk menentukan pilihan mata kuliah pilihan. Karena selama 4 semester kuliah berikut gambaran matakuliah saya:

Semester 4 dimana semua mata kuliah pilihan bagi saya. Untuk menentukan mata kuliah ini saya diharuskan bertemu dengan koordinator atau supervisor di jurusan saya. Sepertinya sulit bertemu supervisor dikarenakan kesibukannya Dr. Askel-Williams, inilah nama supervisor saya yang sampai sekarang saya belum ketemu batang hidungnya. heheheh

Langkah selanjutnya yang saya ambil adalah menuju ke pembuatan kartu ID kampus karena menurut info kami masih harus membayar kartu bus sebagaimana orang biasa padahal pakai kartu student concession kita memiliki potongan dan masih banyak fasilitas yang kami tidak dapatkan kalau belum mengurus kartu Flinders ID Flinders. Ternyata status saya belum teraktifasi sehingga saya harus bertemu koordinator. 

Di library kebetulan banget saya ketemu mbak Atiek salah satu pengurus  PPIA Flinders dia bersedia mengantar saya ke school of education. Saya bilang ke mbak Atiek, gak usah mengantar kami cukup kasih petunjuk saja namun mbak ATiek sepertinya tak rela membiarkan dua anak manusia saya dan Louis untuk nyasar karena setelah dalam perjalanan menuju School Education memang naik turun dan berbelok-belok. Nah sampailah kami di School of Education




Setelah menanyakan ke resepsionis apakah Jeanette, koordinator jurusan Education and Psychology dan ternyata dia sedang cuti namun ada staf yang bisa menghandle urusan kami. Yah Kay Doughlas, dialah yang menjelaskan mata kuliah kami, mana mata kuliah pilihan dan mana mata kuliah wajib yang harus diambil di setiap semester. Dan ada sekitar 15 Mata kuliah pilihan, jadi bingung semuanya bagus namun harus mempertimbangkan kebutuhan. Nah yang mesti diperhatikan mata kuliah wajib harus diambil pada waktu ditawarkan di setiap semester. Nah akhirnya jelas sudah mana mata kuliah yang akan saya ambil semester ini
  1. Motivation, Cognition and Metacognition in Learning sebagai Mata Kuliah Wajib
  2. Teaching to Develop Motivation, Cognition and Metacognition sebagai Mata Kuliah Wajib
  3. Collaborative Consultation sebagai mata kuliah pilihan
  4. Education Planning and Assessment for Students with Special Needs, mata kuliah pilihan.
Setelah diaktifasi enrollment kami dari pihak school of education saya kembali ke mbak-mbak yang mengurus kartu ID dan setelah dicek nama kami belum diaktifasi. Walah ada apa lagi ini. Saya diminta ke Student Enrollment Support akhirnya saya baru tahu jawabannya kami belum memilih mata kuliah yang akan kami ambil semester ini. Setelah membereskan memilih secara online mata kuliah kami selanjutnya kembali ke mbak-mbak yang membuat ID Card dan jadilah ID Card kami karena setelah dicek nama kami sudah diaktifasi. Nah inilah student card saya yang penuh perjuangan meraihnya. Rasanya terbayang perjuangan mengejar beasiswa sampai akhirnya resmi menjadi mahasiswa Flinders University



Demikianlah coretan saya diawal langkah saya menempuh pendidikan di Australia selanjutnya saya memohon doa dari teman-teman yang sempat membaca blog ini atau akan membaca blog ini.

Salam Saya,

Khairullah (Herul) Abdul Razak
Master of Education
Sturt Road, Bedford Park | South Australia | 5042
GPO Box 2100 | Adelaide SA 5001
Email: raza0017@flinders.edu.au
Mobile: +61450-191414

Selasa, 21 Januari 2014

Beasiswa Community College Initiative Program (CCIP) USA AMINEF

Melalui tulisan ini saya ingin menuliskan perjuangan saya mendapatkan beasiswa Community College Initiative Program (CCIP) meskipun pada akhirnya saya lulus juga pada beasiswa Australia Awards Schlarships (AAS) namun saya terpanggil untuk menuliskan pengalaman saya ini karena saya telah dibiayai oleh pihak AMINEF dari tiket PP Palu - Jakarta untuk wawancara beserta uang saku serta biaya medical check up. Sangat disayangkan pada akhirnya saya memilih ke Australia untuk beasiswa AAS sebagaimana impian saya. Berikut saya bagikan tipsnya adalah:

  1. Siapkan dokumen yang dipersyaratkan, Jangan sampai ada yang terlupakan karena jika tak lengkap mengurangi poin Anda karena pelamar beasiswa ini juga banyak.
  2. Pada tahun 2012 ketika saya mendaftar, tidak menjadi persyaratan namun saya menyiapkan surat rekomendasi dari kepala kantor  dan surat rekomendasi dari gubernur. Hal ini bisa jadi nilai tambah bagi Anda bahwa memang Anda bersungguh menginginkan beasiswa ini.
  3. Keterhubungan jurusan yang akan dipilih dan pekerjaan saat ini. Yang pelamar sering lupakan bahwa beasiswa ini diberikan bagi mereka yang sudah menyelesaikan S1 dan SMA. Persyaratan untuk yang sudah menyelesaikan S1 adalah jurusan pada saat S1 berbeda dengan pekerjaan saat ini sehingga membutuhkan untuk disekolahkan melalui CCIP. Sebagai contoh jika saya seorang sarjana pendidikan yang bekerja di instansi pemerintah sebagai tenaga staf IT nah untuk melamar CCIP saya harus mengambil jurusan komputer.
  4. Isilah jawabannya dengan jujur tanpa harus melihat atau menjiplak isian orang lain karena menurut saya beasiswa itu sebuah misteri besar. Isian yang sama dengan orang yang berbeda bisa saja yang satu lulus dan yang satu tidak lulus jadi usahakan untuk jujur dengan kemampuan kita karena pada saat wawancara, panelis sudah tertarik dengan profil tulisan kita sehingga ingin memastikan kita saat wawancara.
  5. Usahakan menjawab isian dengan memberikan langkah kongkrit bukan kata-kata manis yang tidak jelas apa yang ingin dilakukan. Misalnya ketika pulang saya akan mengaplikasikan ilmu saya untuk kemajuan kantor karena demand di kantor sangat tinggi. Masalah utama di kantor saya adalah terbatasnya human resource yang menguasai IT sehingga pekerjaan terlambat sementara tuntutan dan permintaan data biasanya sangat cepat. Inilah salah satu jawaban saya dalam menjawab apa yang saya lakukan ketika pulang.
  6. Hal yang terpenting adalah menghubungkan dengan JELAS bahwa jurusan yang kita inginkan memang SANGAT dan AMAT dibutuhkan dan pekerjaan saat ini sangat mendesak untuk menempuh pendidikan tersebut. Jangan sampai kita memberikan jawaban akan tidak kuat serta penntingnya menempuh pendidikan. Bayangkan bahwa ada 10 orang melamar di jurusan yang Anda pilih buat alasan Anda lebih penting dan lebih mendesak kebanding yang lainnya.
  7. Untuk pertanyaan mengenai masalah yang mungkin dihadapi ketika berada setahun di US, saya menyebutkan homesick namun saya memberikan keterangan bahwa pengalaman saya yang telah mengikuti berbagai beasiswa membuat saya  semakin terbiasa dengan homesick dan ada beberapa hal yang saya lakukan yakni bergaul dengan orang lokal, membawa buku favorit dan film favorit dari Indonesia.
  8. Sementara untuk pertanyaan apa yang ingin saya pelajari dari Amerika yakni etos kerja mereka dan nilai hidup mereka yang positif. Untuk apa yang akan saya lakukan di Amerika adalah menjadi duta Indonesia dengan baik dengan memberikan gambaran yang baik soal Indonesia, saya akan melakukan promosi budaya dengan membawa leaflet wisata Indonesia, saya akan menari tarian Indonesia dan pada special occasion saya akan memakai batik.
  9. Kirim berkas lebih awal. Percaya atau tidak saya dua kali melamar beasiswa dan saya mengirim di awal sebelum deadline. Alhamdulillah semuanya terpanggil wawancara. Salah satu mitos dalam mengejar beasiswa adalah, mengirimkan lebih awal merupakan bukti bahwa Anda memang menginginkan beasiswa ini. Bayangkan kalau Anda ingin mengajar siswa-siswa, siswa yang pertama datang menunjukkan bahwa dia antusias untuk belajar. Mungkin begitu juga anallogi beasiswa.
  10. Naikkanlah nilai TOEFL Anda. Meskipun persyaratan TOEFL hanya 450 namun Anda perlu meningkatkan TOEFL karena info dari pihak AMINEF saat mereka presentasi bahwa nilai TOEFL yang paling tinggi lebih diprioritaskan ketimbang yang rendah jadi dalam hal ini jika TOEFL Anda rendah sementara saingan Anda banyak yang tinggi jadi sedikit kemungkinan Anda terpanggil wawancara. Namun ini bukan jaminan, karena ini hanya salah satu faktor.

Mungkin ini tips dari saya soal persiapan mengikuti CCIP selanjutnya untuk wawancara ini beberapa tips saya bagikan:
  1. Datang tepat waktu karena biasanya ada peserta yang terlambat yang bisa didiskualifikasi sehingga urutan kita menjadi cepat disamping itu kita bisa saling kenal dengan peserta lain dan mencari bocoran dari peserta yang sudah selesai wawancara.
  2. Berpakaian rapi untuk menggambarkan kesiapan Anda untuk dipilih menjadi kandidat yang akan menjadi duta Indonesia.
  3. Semua dokumen penunjang buat dalam 1 folder dan sertakan pada saat wawancara hal ini bisa menunjukkan bahwa Anda benar-benar siap dalam menyiapkan wawancara. Yang saya siapkan waktu itu slide presentasi mengenai Indonesia untuk promosi kebudayaan di Amerika sehingga membuat panelis terkesan.
  4. Salah satu pewawancara akan bertindak "antagonis" yang melemahkan pendapat Anda tapi yang saya lakukan saya tetap mempertahankan pendapat saya. Saat itu saya disuruh untuk merubah jurusan saya karena dianggap tidak memberikan kontribusi banyak namun saya jawab bahwa bekal saya untuk mengajar di Indonesia nantinya akan saya peroleh dengan memperbaiki Bahasa Inggris saya di kelas dan di luar kelas melalui komunikasi dengan orang Amerika dan peserta lainnya. Sementara ilmu komputer akan saya pelajari dan pastinya akan saya aplikasikan untuk kantor saya. Berikut beberapa pertanyaan saat wawancara:
  • Apakah saya yakin dengan kemampuan saya bisa belajar IT sementara saya belum pernah belajar IT. Jawaban saya YAKIN karena saya pernah belajar IT di New Delhi selama 3 bulan meskipun saya bukan siswa berprestasi di kelas saya mampu bersaing dan di kantor aplikasi baru bisa kami pelajari by learning by doing jadi intinya adalah kemauan.
  • Jika melihat pengalaman yang kamu punya sudah sering ke luar negeri apakah tidak ada keinginan untuk bekerja di luar dari daerah kamu tinggal. Saya jawab rasanya tidak fair jika kesempatan mendapatkan beasiswa saya peroleh melalui keterwakilan daerah saya tapi saya tidak mengabdi di tempat saya dimana human resource daerah saya masih sangat terbatas. Saya tetap harus di Sulteng untuk mengabdikan ilmu saya dan menginspirasi orang-orang disana.
  • Bagaimana proses perpindahan karir kamu dari seorang guru menjadi seorang staf Pegawaia Negeri Sipil? Jawaban ini karena tuntutan dari pimpinan mengharuskan saya berpindah tempat kerja dari lembaga pendidikan menjadi staf.
  • Apa yang akan kau lakukan setelah selesai program CCIP. Saya jawab saya akan mendaftar beasiswa ke US untuk program master karena ada beasiswa dari PRESTASI dengan jurusan teknologi pendidikan saya rasa ini cocok bagi saya. Dan salah satu pewawancara meyampaikan bahwa saya tidak bisa ke US selama 2 tahun setelah program CCIP dan saya jawab kan masih melamar beasiswa yang belum tentu lulus. Sampai saat ini saja saya sudah melamar beasiswa sebanyak 8 kali namun belum ada yang lulus. Mereka semua tertawa. Dan saya tambahkan kalau ke US tidak bisa saya akan ke India belajar subjek itu, India juga maju untuk teknologi pendidikan.
Inilah sekelumit tulisan saya sebagai 'bayaran' telah menikmati tiket gratis Palu JKT - PP dan medical check up dari AMINEF. semoga Allah membalas kebaikan bagi pihak AMINEF.

Salam


Khairullah
Master of Education - Special Education
Sturt Road, Bedford Park | South Australia | 5042
GPO Box 2100 | Adelaide SA 5001
Email: raza0017@flinders.edu.au
Mobile: +8613255901135

Pelajaran Hidup saat EAP I/A/L/F Denpasar Lebih dari Pelajaran IELTS

Selama masa English Academic Purpose (EAP) bulan Juli 2013 di Denpasar ada waktu dimana semangat ini berkobar untuk mencapai target demi mengenyam pendidikan di negeri kangguru namun ada kalanya semangat ini padam, lenyap, hilang diterbang seiring kesibukan yang tak berujung yang membawah saya dalam perenungan sebegini susahnya kah Rul untuk mengejar sebuah mimpi? Saya sadar pilihan untuk melanjutkan study ke luar negeri merupakan perjuangan panjang yang tak kenal lelah, perjuangan psikis dan fisik tak hanya materi non-materi pun harus saya korbankan sehingga pertanyaan segini hebatnya mimpi ini dimana masa-masa 'indah' yang mestinya saya nikmati saya justru berkubang dengan sederet persyaratan yang tak kunjung usai.

Tak kunjung usai di mata saya karena semakin jauh melangkah semakin banyak persyaratan yang dimintai. Saya kadang lelah sehingga rasa ingin mundur kadang terlintas namun pengalaman gagal saya dalam mengejar beasiswa, support dari teman di Palu, teman sekelas di IALF yang juga mengalami hal yang sama membuat saya kuat dan bertahan. Namun kadang badan ini sulit dibohongi, minggu-minggu awal saya stress sehingga mengakibatkan saya muntah-muntah. Saya ke dokter dan dokter mengatakan saya stress namun saya bilang, tidak dok saya baik adanya. Saya selalu menananamkan dan saya yakin pengejar beasiswa juga pernah mengalami hal yang sama.

Banyak hal dalam keluarga yang saya lewatkan. Rul, terlalu mahal mimpi ini hingga perjuangan tak berujung ini harus saya bayar mahal. Meninggalkan momen penting di keluarga adalah hal yang sangat miris dan menyedihkan kalau diingat-ingat namun semangat dari teman-teman yang justru lebih berat dari saya yang sudah memiliki pasangan dan anak dan mereka harus meninggalkan pasangannya justru memiliki beban ganda dalam belajar. Your effort is nothing Rul compare to them lah.

Orang di luar sana berfikir betapa enaknya mendapatkan beasiswa dan mendapatkan pelatihan di Bali bisa jalan-jalan, gaji sebagai PNS jalan terus ditambah lagi uang saku selama pelatihan di IALF yang saya terima tiap bulan melebihi gaji PNS saya sebagai PNS Gol.III/b.

Namun pernahkah terbesit dipikiran mereka disini saya harus berkompetisi melawan kemalasan diri, belajar yang hampir bisa dibilang dari semenjak bangun pagi sampai tidur lagi, dididik dengan gaya barat yang masih asing bagi saya mulai dari kebiasaan sampai hal akademis hingga terkadang harus berkompromi tentang masalah ibadah.

Sholat kadang 'kering' saya rasa saya sering menceritakan hal ini kepada teman bahwa shalat saya sudah tidak khusu karena dikejar deadlline tugas dan hanya disela-sela waktu istrihat. Jadwal pelajaran yang sangat dan super padat di IALF  membuat sholat saya terburu-buru. Saya jarang sholat sunnat sepeti tahajjud dan Dhuha. Semua hilang kekhusukan itu, semua hanya dipenuhi ketakutan akan IELTS. seolah dunia saya semakin sempit hanya berkisar seputar IELTS dan segala tetek bengeknya. Kejadian-kejadian di luar tidak menarik di mata saya. mengabarkan kabar untuk keluarga saya pun sudah malas karena saya terperangkap dengan banyaknya kekuarangan saya di IELTS preparation.

Di awal-awal EAP saya sangat frustasi dengan diri saya, saya benar-benar merasa bodoh mungkin karena belum terbiasa ditambah lagi gangguan konsentrasi saya dimana sebagian orang sudah mengerti namun saya belum mengerti. Oh ya Allah begitu berat EAP bagi saya sehingga berhenti sejenak berfikir susahnya.

Sebelumnya saya sudah sempat menghentikan ke psikiater dan mengkomsumsi obat dokter namun rasanya kumat lagi diri saya saat beratnya beban EAP. Sesekali ingin loncat dari lantai dua kosan saya di Denpasar. Saya benar-benar frsutasi dengan tugas yang tidak ada hentinya dan saya tidak mengalami progress sama sekali. Saya melakukan tes di RS Sanglah Denpasar MMPI I. Yah saya stress ringan dan parahnya diagnosa psikiater saya mengidap bipolar disorder. Entahlah saya merasa dokter ini ngacau saya merasa tak merasa demikian. Saya selanjutnya pindah psikiater lain padahal yang sebelumnya itu adalah psikiater senior dan jam terbangnya sering ke luar negeri dan pengalamannya mengajar sudah lumayan namun bisa-bisanya melihat saya sebagai seorang bipolar disorder. heheheh. Saya merasa nyaman dengan psikiater sekarang di Denpasar sampai akhir EAP saya tetap konsultasi dan meminum obat. 

Om saya meninggal saat saya EAP. Ini bukan hanya sekedar om karena dari semenjak SMA sampai saya bekerja sekarang telah tinggal bersamanya dikarenakan tante saya tak memiliki anak. Saya merasa bersalah ketika memutuskan tidak pulang. Namun disi lain adakah yang tahu kalau uang dikantong saya hanya sekitar 100ribuan. Saya pantang untung mengutang saya malu sebagai seorang penerima beasiswa berhutang terus. Malu rasanya. Disamping itu saya harus memilih apakah pulang Palu untuk melayat atau membiarkan penampilan seni tanpa saya yang sudah kami siapkan beberapa hari sebelumnya untuk berlomba pada malam farewell di Konsulat Australia di Bali. Saat berangkat ke acara tersebut saya menangis karena di Palu sana keluarga saya sedang berduka dan saya harus berpura-pura bersuka ria malam itu. Sesak rasanya namun alhamdulillah hadiahnya grup kami menjadi juara lagu  Do I Make You Proud sepertinya dipersembahkan untuk om saya.

Berjuang untuk mendapatkan disability assessment yang dipersyaratkan Australia Awards Scholarships. Saya harus berangkat 'diam-diam' ke Jakarta untuk melakukan cek up di ADHD Centre sebuah lembaga untuk memberikan pemeriksaan kepada orang-orang dengan gangguan konsentrasi termasuk disability yang saya idap yakni Attention Deficit Disorder (ADD) disertai mild dyslexia. Saya tidak ingin teman sekelas saya tahu kalau saya berangkat ke Jakarta dan keluarga di Palu dan di Denpasar tak ada yang tahu. Akhirnya tesnya selesai dengan biaya mengutang sana sini untuk biaya tiket dan biaya med check yang tidak dicover sama AAS. Sorry to say kali ini namun saya berhasil mendapat approval lewat disability assessment tersebut. Thanks dokter Hendryk Timur sudah memberikan pemeriksaan yang sangat komprehensif.

Di akhir-akhir EAP kami makin disibukkan dengan DP yah DP bukan Dewi Persik namun Discussion Paper dimana kami harus menulis isu yang debatable di bidang kita masing-masing sebanyak 2000 kata. Karena saya memasuki ilmu yang baru yang akan saya pelajari di Australia maka saya melakukan riset kecil-kecil mengenai masalah dalam lingkup psikologi pendidikan. Banyak judul yang saya tawarkan namun tidak diterima oleh Mr. Jerry Cross. Tanpa melebih-melebihkan Mr. Jerry memang sangat disiplin dibanding guru-guru lain. Jika di kelas lain bisa memilih isu dari satu sisi dan sumbernya tidak harus 10 sumber dan panjangnya juga hanya 1500 namun aturan itu tak berlaku di kelas kami. kami selalu merasa 'disiksa' oleh Mr. J namun semangat kami untuk saling menyemangati kami berhasil melewati derita ini bersama-bersama dengan senyuman bahagia.

Senyum 3MB menjelang ujian bersama I/A/L/F team, Australia Awards Scholarships Team and beloved teacher Jerry Cross


Fantastik, hasil IELTS dari kelas kami membawa kami seisi kelas berhasil masuk ke kampus tujuan masing-masing dan tak ada satupun dari kami yang harus mengulang. Prestasi besar bagi Mr. Jerry yang berhasil menjadikan kami murid yang rajin. Semua karena usaha dia membuat kita terpacu untuk belajar terutama bagi saya yang benar-benar terbelakang karena memiliki disability. Jika teman-teman memiliki disability termasuk learning difficulty sebaiknya memberitahukan kepada guru dan IALF Team agar disesuaikan pengajaran yang dibutuhkan. Berkat usaha Mr. Jerry Cross yang mungkin takkan kulupakan adalah dia memperjuangkan untuk saya untuk mendapatkan tambahan waktu untuk tes IELTS. Alhamdulillah Vlad selaku pimpinan IALF memberikan tambahan waktu 30 menit untuk writing test dan 30 menit untuk reading dan saya dipindahkan ke ruangan tersendiri dan dijaga dengan 1 orang staf IALF selama tes berlangsung. Akhirnya senyum manis merekah saat IELTS saya cukup untuk masuk ke Flinders bahkah beberapa band melebihi yang dipersyaratkan jurusan saya. Alhamdulillah ya Allah.

Kiri (Jerry Cross), Tengah (Herul) dan kanan (Vlad)


Khairullah
Master of Education - Special Education
Sturt Road, Bedford Park | South Australia | 5042
GPO Box 2100 | Adelaide SA 5001
Email: raza0017@flinders.edu.au
Mobile: +61450-191414

Kamis, 16 Januari 2014

Hari Hari Pertama di Adelaide

Saya tiba di Adelaide tanggal 14 Januari 2014 melalui penerbangan Jakarta - Sydney selama kurang lebih 7 jam dan Sydney ke Adelaide 2 jam. Kesan pertama saat tiba di Adelaide yakni panasnya yang luar biasa yang sempat mencatat rekor terpanas di dunia pada tanggal 16 Januari 2014, yah panasnya sekitar 43 C, bagi saya yang dari Indonesia memang sedikit shock dengan panas ini  namun berusaha untuk bertahan dengan panasnya Adelaide karena saya akan berada disini selama 2 tahun insya Allah.

Kedatangan kami di Bandara Adelaide disambut oleh mbak Atik yang sangat ramah dari Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) serta beberapa staf Flinders yang sangat ramah benar-benar welcoming yang sangat ramah. Organisasi Pemuda Muslim Indonesia juga menyambut kami dan membagikan minuman kaleng, suatu pengalaman yang sangat hangat saya rasakan. Saya merasakan seperti di Indonesia dengan bertemu dengan anak-anak Indonesia. 

Sepanjang pengamatan singkat saya orang-orang Australia di Adelaide sangat ramah hal ini bisa saya lihat ketika kita bertanya ke orang sekitar ketika menanyakan tempat atau membutuhkan arahan mencari alamat mereka sangat antusias menjelaskan. Ketika sekilas kita melihat mereka kelihatan individualis namun ketika kita meminta pertolongan mereka sangat ramah dan super ramah.

Selanjutnya saya harus membiasakan diri dengan waktu sholat di musim panas yang jauh lebih panjang. Untuk sholat subuh sekitar pukul 04.37 sedangkan untuk sholat magrib pukul 20.32. Hari-hari pertama saya masih kuat bertahan sampai jam 12 malam karena menunggu isya pukul 22.00 sehingga bisa dipastikan saya telat bangun pagi sholat subuh. Meski memasang alarm namun tubuh saya belum terbiasa bangun sehingga alarm meninabobokan saja. Mungkin badan saya memerlukan penyesuaian.

Jalanan di Adelaide sangat lengang dengan jalan yang besar dan kendaraan yang sangat sedikit. Selama 3 hari saya belum pernah melihat orang mengendarai sepeda motor hal yang sangat kontras dengan tempat saya tinggal di Palu dimana motor ada dimana-mana bahkan melebihi jumlah kendaraan roda empat. Di Adelaide jumlah mobil lebih tinggi daripada sepeda motor mungkin dikarenakan harga mobil sangat murah disini karena bebas pajak. Kita bisa mendapatkan mobil bekas seharga AUD 1,000.

Untuk transportasi umum saya memakai bus ke kampus dan pusat perbelanjaan. Seperti halnya di Darwin, ciyee saya masih selalu bernostalgia dengan Darwin, bus di Adelaide sangat nyaman dan space yang luas. Dua hari terakhir ini saya menggunakan bus dan uniknya tidak pernah ada penumpang yang berdiri bahkan masih banyak kursi yang kosong ditambah lagi jumlah aramada bus yang banyak dan datang tepat waktu serta jarak kedatangan dari satu bus ke bus yang lainnya kira-kira 5 menit.

Saya sangat terkesan dengan rumah yang kami tempati karena sangat sederhana tapi semuanya dapat difungsikan dengan maksimal hal yang kontras di Indonesia dimana rumah besar-besar dan ditinggalkan begitu saja tanpa dimaksimalkan penggunaannya. Disini rumah-rumah saya belum pernah melihat rumah yang besar dan mewah semuanya sesuai standar dan sangat sulit membedakan satu rumah dengan lainnya karena modelnya hampir sama.



Tanggal 16 Januari 2014 merupakan hari kedua saya di Kampus saya merasakan sangat nyaman karena pelayanan di kampus bagaikan pelayanan di bank di Indonesia serta  para staf yang menangani bagian registrasi enrollment international student  sangat supportive sehingga saya merasa sangat mudah. Prosedur serta aturannya sangat jelas bahkan mengurus kartu mahasiswa bisa sehari saja diselesaikan.

Terus terang senior-senior yang belajar di Adelaide sangat baik hati untuk membantu memudahkan masa adaptasi kami di Adelaide. Terima kasih buat mbak Cece yang membantu kami sebelum kedatangan kami di Adelaide untuk akomodasi kami dan mentake over rumah yang dia kontrak ke kami, mbak Atik yang mengurusi kami saat tiba di Bandara, kakak senior dari Kupang yang saya lupa namanya hehehe yang membantu mengaktifkan student account saya di Flinders Lbibrary dan many thanks buat rekan-rekan lainnya. I should say they are all incredible. PPIA has worked the best and satisfying for us.



Rabu, 15 Januari 2014

Long Journey to be in Australia - A Scholarship Hunter's Story




Setelah menyelesaikan semua berkas-berkas yang dipersyaratkan untuk berangkat melanjutkan studi di Australia termasuk kontrak beasiswa, Admission Letter, Rent House dan lainnya nah kini saya harus menyempatkan diri berpamitan dengan keluarga inti saya di kampung halaman tercinta di Kampung Tengah, Soni, Kabupaten Toli-toli, Sulawesi Tengah dan keluarga saya di Palu, teman di kantor, teman sepermainan. Setelah sibuk memenuhi check list to do sebelum berangkat ke negeri kangguru akhirnya selesai juga.


Dan berangkatlah saya ke Jakarta 6 Januari 2014 walaupun tanggal keberangkatan saya ke Adelaide tanggal 13 Jan 2014 namun saya berangkat lebih awal untuk silaturahmi dengan keluarga di Jakarta.

Rasanya sulit saya mengucapkan selamat tinggal kepada keluarga di Indonesia. Meski banyak yang bilang yang lajang tidak banyak beban meninggalkan keluarga namun  pada akhirnya berat rasanya meninggalkan rumah. Inilah bagian tersulit meninggalkan keluarga selama dua tahun masa study di Australia.

Here I am Jakarta!
Tanggal 6 Januari 2014 saya tiba di Bandara Soeta sekitar pukul 21.00 dikarenakan pesawat Garuda telat dan saya sampai di kosan teman di Kampung Melayu pukul 23.30. What a tiring journey!

Tanggal 7 Januari 2014 saya manfaatkan untuk istirahat tidur sepuasnya, setelah sholat dzuhur saya ke daerah Kwitang menukar uang rupiah ke mata uang Dollar Australia, dilanjutkan belanja buku dan pakaian dan berakhir nonton di XXI, 99 Cahaya Langit Eropa. Film ini sebagai bekal saya untuk menjalani hidup di negera orang.

Tanggal 8 Januari 2014 ke Tangerang ketemu keluarga yang kerja di Tangerang. Dulu waktu saya bekerja di Kemlu sering main ke Tangerang.

Tanggal 9 Januari 2014 saya ke Pasar Pagi Mangga Dua membeli perlengkapan untuk ke Aussie, selanjutnya saya ke rumah pnakan di Jagakarsa, Gandaria.

10 Jan 2014 hari ini judulnya bersenang-senang untuk diri sendiri dimulai dengan Jumatan di Cikini dilanjutkan nonton Soekarno dan Tenggelamnya Kapal Vander Wijk di XXI Metropole sampai akhirnya saya pulang sesudah magrib. Saya sholat magrib di musolla Universitas Bung Karno.


11 Januari 2014 akhirnya saya kembali bereuni dengan teman seperjuangan saya belajar di I/A/L/F Jakarta, supporter saya dalam mengejar beasiswa dan teman curhat segala keluh kesah beasiswa saya. Yah namanya Novie Leman. Kami janjian ketemu di Mall Taman Anggrek. Kami bereuni ria dan saling berbagi cerita selama ini. Puas sudah melepas rindu saya ke Pejaten Village ketemu Kakak saya.

12 Januari 2014 ke rumah ponakan di Bekasi dan hari itu hujan deras sekali dan Bintara daerah rumah ponakan ini mulai digenangi air saat saya meninggalkan daerah tersebut. Saya menunggu ojek dan tidak ada pula akhirnya di tengah derasnya hujan saya menerobos dan mencari angkot karena malam itu saya harus pulang ke Kampung Melayu untuk packing karena besok akan berangkat.   Alhamdulillah dengan berhujan-hujan menuju stasiun cakung menuju stasiun Jatinegara saya melanjutkan perjalanan malam itu. Basah kuyup sambil perjalanan malam itu di keretapun basah lantainya dan dingin pula karena AC. Sepertinya hari itu Jakarta pertanda banjir.


Malam itu saya tiba di kosan teman di kampung melayu dan packing dan istirahat untuk persiapan besok. Memang benar beberapa titik di Jakarta saat itu sudah tergenang banjir. Besok paginya listrik padam dan beberapa baju saya masih basah karena Minggu pagi saya mencuci dan sampai sekarang banjir.

Saya keluar ke depan untuk mencari beberapa item keperluan untuk kebutuhan ke Australia dan kabal sambungan yang saya butuhkan tidak ada di Alfa Mart. Itupun Alfamart buka setengah pintu saja karena lampu padam dan hanya memakai cara manual bayarnya dan menggunakan kalkulator lalu dicatat satu persatu.  Sepertinya saya harus berangkat cepat ke bandara hari itu karena beberapa ruas jalan sudah karena banjir. Bagian belakang masjid di Kampung Melayu sudah ditutup. Kasian sekali rasanya melihat keadaan seperti itu.

Setelah sholat dzuhur saya berangkat ke Bandara dari Kampung Melayu naik taksi menuju Gambir untuk mengambil Damri. Tiba di Bandara bertemu teman-teman awardee AAS lainnya kami check in. Alhamdulillah barang saya cuma 22 kg padahal untuk pesawat Qantas limit bagasi 40 kg. Setelah check in masuk ruang tunggu. Tepat pukul 19.30 kami diminta untuk masuk ke dalam pesawat karena pesawat akan segera berangkat. Kali ini pesawat yang kami gunakan adalah pesawat Qantas benar-benar tepat waktu dan debar-debar meninggalkan Indonesia sudah mulai terasa. Dan jam dan detik yang ditunggu itu datang juga terbang ke Australia menuju Sydney di tanggal 13 Januari 2014.


ALHAMDULILLAH




Sabtu, 11 Januari 2014

Alasan Saya Ngeblog


Diantara banyak alasan mengapa saya menulis di blog karena saya sudah beberapa kali mendapatkan beasiswa dimana sampai sekarang kontribusi saya untuk bangsa belum dapat saya lakukan secara maksimal. Saya menyadari hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu dan usaha saya. Pada akhirnya saya menyadari untuk menuliskan pengalaman dan cara-cara mendapatkan beasiswa sesuai apa yang saya pernah lalui. Mungkin dengan berbagi makin membuat banyak orang lain yang membaca tulisan saya sehingga mereka bisa berpartisipasi untuk mendapatkan beasiswa juga. Saya telah menerima beasiswa dan saya belum bisa mengaplikasikan sepenuhnya janji-janji saya sehingga untuk saat ini langkah kecil inilah dengan berbagi cerita.

Keinginan menuliskan pengalaman saya terjadi ketika menghadiri wawancara beasiswa Australia Awards Scholarships (AAS) di Makassar dimana salah seorang pewawancara yang merupakan seorang pengajar dari salah satu universitas di Australia mengkonfirmasi bahwa benar saya satu-satunya peserta yang berasal dari Sulawesi Tengah. Saya dengan tidak yakin menjawab iya sepertinya cuma saya karena saya sempat berkenalan dengan beberapa peserta lain sebelum masuk ruang wawancara dan saya tidak menemukan peserta dari Sulawesi Tengah. Sedih, agak kesal juga kok bisanya cuma sendiri. Kan enak kalau ada teman sekampung kayak peserta lain. Semenjak saat itu saya berjanji untuk mempromosikan bahwa banyak peluang memperoleh beasiswa bagi anak-anak di Indonesia terutama dari daerah saya, Sulawesi Tengah. Saya memiliki tanggung jawab untuk memperkenalkan beasiswa AAS kepada anak-anak di Sulawesi Tengah. Bayangkan di tahun 2013 ada sekitar 400an penerima beasiswa AAS dan hanya saya sendiri dari Sulteng. Teman sekelas, orang-orang yang saya jumpai dan pengajar di IALF menanyakan jumlah penerima beasiswa AAS dari daerah asal saya. Dan selalu saya jawab hanya sendiri, dalam hati saya berucap masih bersyukur tahun ini ada yang lulus dari Sulteng mungkin saja tahun-tahun sebelumnya tidak selalu ada yang lulus dari Sulteng.

Ditambah lagi saat saya melamar beasiswa Indian Technical Economic Cooperation  (ITEC) beasiswa short course dari Pemerintah India yang ditujukan kepada anak-anak Indonesia dimana staf dari Konsulat India di Bali menyampaikan bahwa apakah masih ada kawan saya yang akan mengikuti program dari beasiswa tersebut. Yang terbesit dalam hati saya saat itu bahwa saya dulu yang berangkat ke India dan saya akan mengajak kawan-kawan saya untuk mengikuti beasiswa ini. Saya pun berjanji akan mempromosikan beasiswa ini dan menuliskan prosedur menerima beasiswa ini dan pengalaman saya belajar di India.

Selain itu beberapa kawan meminta saya untuk menuliskan pengalaman saya selama mendapatkan beasiswa agar bisa berbagi kisah. Awalnya saya berfikir kalau tulisan saya tak sebagus tulisan orang-orang di blog tapi akhirnya saya sadar kalau saya tidak membagi ilmu saya akan berdosa, meskipun yang saya lakukan adalah hal kecil namun Insya Allah akan bermanfaat bagi yang membaca. Memang sebenarnya ilmu dan pengalaman akan semakin memberi manfaat manakala kita bagikan kepada orang lain. Alhamdulillah saya merasa sangat bersyukur jika tulisan saya bisa memberikan makna tersendiri bagi yang membacanya. Insya Allah saya akan sempatkan untuk tetap menulis tentang apa yang saya alami saat mendapat beasiswa. Mungkin inilah 'ole-ole' bagi mereka yang membutuhkan ole-ole dari negara yang saya kunjungi. hehehe

Rasanya tak adil rasanya jika  dulu  selama saya mengejar beasiswa bahkan sampai sekarang sangat gandrung membaca blog-blog penerima beasiswa dan sekarang saya 'pelit' untuk berbagi pengalaman maka saya putuskan untuk membagi sedikit pengalaman saya yang belum seberapa ini. Saya memberanikan diri menuliskan kisah-kisah saya dan alhamdulillah respon orang yang membaca sangat positif.


Demikianlah alasan saya ngeblog, semoga dunia baru yang saya masuki bisa memberikan manfaat bagi diri saya sendiri untuk memperbaiki diri serta memberikan manfaat bagi yang membaca. Amin.


Khairullah
khairullah.razak@gmail.com

Jumat, 10 Januari 2014

Apakah Beasiswa ke Luar Negeri Hanya Bagi PNS?

Selama ini ketika membagikan pengalaman saya bagaimana mengejar beasiswa pertanyaan yang sering muncul bahwa apakah yang bukan PNS bisa lulus beasiswa. Saya menjawab iya karena pengalaman dari teman-teman saya berikut ini merupakan pegawai non-PNS pada saat menerima beasiswa, inilah beberapa teman-teman saya yang berhasil meraih beasiswa dari sektor swasta:

  1. Asriadi Masuarang, merupakan alumni Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako yang berhasil meraih beasiswa ERASMUS MUNDUS di Belanda. Saya menyebut dia sebagai maestro saya karena dialah yang selalu memotivasi saya dalam mengejar beasiswa. Setahu saya dia melamar beasiswa sebanyak 8 kali yang pada akhirnya menerima beasiswa yang sangat bergengsi untuk kuliah di Wageningen University Belanda.
  2. Rachmania Bachtiar bekerja sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Palu yang merupakan senior saya di program studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Tadulako. Sepengetahuan saya dia melamar pertama kalinya untuk program Master melalui beasiswa New Zealand Aid yang akhirnya menghantarkan dia untuk belajar di Universitas Victoria di Wellington.
  3. Gagak Handoko, penerima beasiswa dari program ERASMUS MUNDUS dengan menempuh program master pada dua kampus di Universite Joseph Fourier, Grenoble, France. 2. University of Pavia, Pavia, Italy pada jurusan MEEES (Master of Earthquake Engineering and Engineering Seismology)
  4. Tika Setiyati bekerja di Jamsostek untuk wilayah Sulawesi Tengah dan sekarang sedang mengambil program master di Manchester University major Organizational Change and Development. Tika adalah seorang sahabat yang sangat ulet dan saya bertemu pertama kali  saat belajar TOEFL di ELC tahun 2011.
  5. Ingrid Siahaan, alumni Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang berhasil meraih beasiswa dari Pemerintah Australia untuk melanjutkan pendidikan pada program Master of Public Health di Monash University. Sebelumnya dia bekerja di LSM di Papua
  6. Wina Hartati, seorang guru di salah satu madrasah di Mataram dan sekarang sedang belajar di negeri Kangguru melalui beasiswa Australia Awards Scholarships.
  7. Irhami, pria asal Aceh ini merupakan staf pengajar pada Pondok Pesantren Dayah Modern Darul Ulum ini berhasil meraih beasiswa dari pemerintah Australia dan melanjutkan program master of education di Monash University.
  8. Arsyad, dosen pada IAIN Mataram merupakan penerima beasiswa Australia Development Scholarship yang telah menyelesaikan pendidikannya di Fliniders University
  9. dan beberapa nama lainnya Selus Fahik, Louis, Lia, Pria Santri Beringin dan Elyda Misrohmasari serta masih banyak nama-nama lainnya. Lalu apakah Anda masih mau menunda peluang beasiswa Anda?
TO BE CONTINUED

12 Minggu Bersama My 3MB Classmates

Mengikuti English Academic Purpose (EAP) merupakan momen yang sangat mendebarkan. Mengapa tidak karena EAP merupakan pembekalan bagi awardee Australia Awards Scholarships (AAS) untuk mengikuti perkuliahan sekaligus pelatihan untuk meningkatkan IELTS sesua syarat masing-masing kampus tujuan. Terlepas dari kesibukan saat EAP, saya merasa beruntung ditemani 13 orang teman-teman dari berbagai daerah di nusantara yang membuat saya semakin merasa bersyukur hidup di negeri yang kaya budaya. Inilah dia teman-teman sekelas saya:


Teman saya yang pertama ini bernama Seluz Fahik, seorang asisten dosen bidang Matematika pada Universitas Nusa Cendana Kupang. Dikarenakan umurnya yang paling mudah diantara kami, diapun  sering menjadi korban bully teman-teman lainnya. Maklum kami adalah kumpulan orang-orang yang merindukan hiburan-hiburan segar dikala banyaknya deadline tugas yang harus diselesaikan. Hal yang menarik dari Seluz adalah kemampuannya mengatur waktu untuk menyelesaikan tugas-tugasnya tepat waktu dengan hasil yang memuaskan, ide-ide segarnya yang mengalir begitu saja serta seorang pendengar sejati. Ditambah lagi wajah manisnya membuat para jomblowati IALF terpesona dengan suara ala Marcell Siahaannya. Dia juga seorang blogger setia dengan menuliskan kreafitas di  blog pribadinya dan dia seorang mathematician gaul yang mampu membuat ilmu matematika gampang dicerna bagi kaum awam sehingga tidak salah apabila dia menjadi dosen profesional nantinya. He is so inspiring that I can eventually write for this blog.

Selanjutnya ketiga belas penghuni kelas 3MB EAP Denpasar I/A/L/F 2013 bisa dilihat di blog Seluz dengan judul 90 Hari Bersama Mereka










Selasa, 07 Januari 2014

Tips Berburu Beasiswa ke Luar Negeri

 Setelah beberapa kali ditanya dan dimintai tips bagaimana cara mengejar beasiswa dari teman-teman yang saya temui akhirnya saya menuliskan pengalaman pribadi saya dalam berburu beasiswa yang juga saya dapatkan dari membaca buku tentang pengalaman para pemburu beasiswa, membaca blog penerima beasiswa dan berbagi cerita dengan penerima beasiswa. Inilah beberapa tips yang bisa saya bagikan pada kesempatan ini.
  1. Cobalah untuk mendeskripsikan secara jelas tujuan dari kita mengejar beasiswa ke luar negeri. Tanyakan pada hati kecil tentang tujuan inti kita melakukan semua ini. Menanyakan pada hati tentang niat saya mencari beasiswa mungkin inilah salah satu penyebab saya harus gagal berkali-kali dalam mengejar beasiswa dengan tidak lurusnya niat saya. Banyaknya muatan serta kepentingan pribadi di dalam diri saya yang mendomiasi sehingga mengakibatkan saya gagal masuk shortlisted beasiswa.
  2. Langkah lainnya yang tak kalah pentingnya yakni mempersiapkan dokumen pelengkap dengan baik seawal mungkin. Sebagai seorang pengejar beasiswa kita seharusnya sudah mengantongi ijazah dan transkrip yang sudah diterjemahkan disertai legalisasinya, surat rekomendasi dari atasan dan dosen pada saat kuliah. Serta jangan lupa untuk mempersiapkan daftar riwayat hidup yang yang bisa mempublish diri kita secara singkat dan lengkap. Untuk membuat daftar riwayat hidup seperti itu banyak contoh yang bisa dilihat di internet sesuai yang kita inginkan.
  3. Bergabung di milis beasiswa merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai beasiswa yang sedang ditawarkan. Biasanya pertanyaan seputar bagaimana trik-trik melamar beasiswa tersedia disini. Saya sendiri cukup menjadi pengamat di milis ini karena semua informasi sangat cukup bagi saya. Kita juga bisa membaca arsip-arsip yang sudah dibahas terdahulu di milis beasiswa. Silahkan bergabung karena banyak manfaat yang kita dapatkan disana dan penerima-penerima beasiswa sangat supportive dalam membantu proses kita melamar beasiswa.
  4. Mengejar beasiswa tak selamanya kita dipenuhi semangat yang kuat. Nah, jika kita merasa down lihatlah kisah-kisah perjuangan orang lain bagaimana mereka mengejar mimpinya dan usaha apa saja yang telah mereka lakukan, salah satunya bisa dilihat di Motivasi Beasiswa. Disini kita bisa mendapatkan kisah-kisah inspiratif para pejuang beasiswa dan masih banyak lagi situs-situs khusus yang membantu para pencari beasiswa untuk tetap semangat mengejar beasiswa. Jangan sungkan untuk berbagi kisah dengan mereka karena mereka adalah orang-orang yang pernah mengalami apa yang sekarang kita alami.
  5. Disamping itu, kita harus aktif mencari informasi seputar klub pencari beasiswa di daerah kita. bergabunglah dengan mereka jika belum ada ajaklah teman-teman yang mempunyai cita-cita yang sama karena disini kita bisa menjaga semangat kita untuk tetap menyala untuk mengejar beasiswa. Disini pulalah kita bisa saling memotivasi dan berbagi pengalaman soal mengejar beasiswa. Teman-teman yang sudah menjadi alumni beasiswa biasanya bisa diajak  bergabung untuk menebar semangat inspiratif ke teman-teman lainnya untuk tetap mengejar beasiswa.
  6. Selanjutnya, usahakan untuk mengisi aplikasi seawal mungkin. Meskipun beasiswa tujuan kita belum secara resmi dibuka aplikasinta tapi kita bisa mengusahakan untuk menyiapkan dokumen-dokumen yang disyaratkan seperti pada tahun-tahun sebelumnya hal ini demi menghindari mengumpulkan mendekati deadline yang biasanya ada saja hal-hal yang tak terduga dan hasil isian yang kurang maksimal yang dibuat menjelang deadline. Sebagai info tambahan tak resmi dari senior saya sebagai alumni penerima beasiswa dia sudah menyiapkan  setahun sebelumnya serta menyicil menulis isian beasiswa. Hal ini bermanfaat jika  ada tambahan masukan untuk essay kita yang masuk dapat segera dituliskan dan jika hendak diperbaiki lagi bisa dilakukan saat-saat santai. Hal ini mengingat jika mendekati deadline sulit rasanya untuk menyempurnakan essay tersebut.
  7. Langkah selanjutnya yang mungkin sering kita sepelekan yakni mengirim aplikasi seawal mungkin. Tips  dari senior saya ini sudah dilakukan oleh temannya dengan mengirimkan pada hari pertama pembukaan aplikasi beasiswa. Pengiriman aplikasi lebih awal bisa menjadi bukti keseriusan kita untuk melamar beasiswa. Dan memang benar dia masuk shortlisted waktu itu, apakah ini berpengaruh atau tidak? saya rasa tak ada salahnya dicoba. Mitosnya lagi nih kalau sudah mendekati deadline panelis yang membaca essay itu sudah pusing dan bingung harus memasukkan yang mana harus dipilih lalu jika demikian mengirim seawal mungkin membuka peluang kita akan masuk shortlisted. Wallahua'lam mengenai hal ini namun saya sendiri mencobanya. Manfaat lainnya adalah jika ada berkas yang belum lengkap kita bisa mengirimkan berkas susulan dimaksud sebelum deadline. Jadi masih ada waktu untuk mengecek-ngecek lagi.
  8. Yang tak kalah pentingnya adalah menghubungi pihak representative pemberi beasiswa untuk mengkonfirmasi apakah berkas kita sudah diterima dan menanyakan kelengkapan berkas kita. Hal ini penting juga untuk meyakinkan kita bahwa berkas diterima dengan baik dan tepat waktu.
  9. Sebelum dokumen dikirimkan ada baiknya untuk difotokopi sebagai arsip sebagai persiapan jika kita terpanggil ke tahap wawancara. Manfaat lainnya adalah untuk mengetahui apa saja yang sudah kita kirimkan ke kantor pemberi beasiswa. Hal ini dilakukan untuk mengontrol apa saja yang sudah kita isi jangan sampai ada bagian yang missing. Ini terjadi saat saya mengirim aplikasi beasiswa AAS yang ketiga kalinya dimana saya melakukan kesalahan yakni saya mencentang kolom yes pada bagian apakah bahasa inggris sebagai bahasa pengantar pada saat bachelor degree dan saya juga baru sadar kalau tanda tangan atasan saya tanpa stempel institusi ditambah lagi 2 lembar bagian lainnya yang tidak tercetak. Tips saya jangan mencetak separuh-separuh kalaupun ada perbaikan usahakan mencetak semuanya secara keseluruhan hal ini menghindari adanya bagian yang tertinggal karena pada saat kita merevisi isian kita bisa saja isian tersebut bertambah kalimatnya atau berkurang sehingga menakibatkan perubahan halaman dari yang sebelumnya.
  10. Lamarlah beasiswa sebanyak-banyaknya walaupun pada akhirnya kita bisa keteteran mengurus berkasnya namun sangat bermanfaat untuk membagi perhatian kita serta dapat menjadi penghibur jika kita gagal pada beasiswa tertentu sehingga kita masih memiliki harapan untuk beasiswa selanjutnya. Saya sendiri mendapatkan pengalaman bagaimana mendapatkan dua panggilan beasiswa yang waktunya hampir bersamaan dan saya dibingungkan bagaimana mengurus berkasnya yang pada akhirnya saya lulus pada kedua beasiswa tersebut. Nah coba aja untuk melamar sebanyak mungkin selama persyaratan mencukupi tapi kalau sudah yakin dan hanya ingin fokus pada satu beasiswa yah satu aja cukup.
  11. Meminta doa restu orang-orang terdekat selama proses mengejar beasiswa. Proses mengejar beasiswa sangatlah panjang dan kadang kesabaran kita diuji dengan adanya godaan dari diri kita dan orang lain. Saya sering mengalami masa dimana saya merasa tak pantas untuk mengejar beasiswa atau juga komentar orang lain mengenai tidak pentingnya bagi mereka untuk mengejar beasiswa. Kembalikan semuanya ke tujuan kita apa dan fokuskan untuk mencapai tujuan tersebut dan siap dengan konsekuensi tentangomongan orang lain. Anggap saja semua itu sebagai suplemen penguat kita.
  12. Meminta komentar dan membaca tulisan orang lain untuk memperbaiki essay beasiswa kita. Menurut pengalama saya, essay awal saya jauh dari standar karena saya hanya mengisi berdasarkan apa yang saya ketahui tanpa mempertimbangkan muatan dari tulisan saya. Namun dengan semakin banyaknya saya mendapat masukan dari blog-blog penerima beasiswa membuat isian saya semakin membaik dari waktu ke waktu.
  13. Upayakan untuk mendapatkan rekomendasi dari orang yang paling memiliki power yang membawahi institusi kita. Nah percaya atau tidak tips ini juga saya dapatkan dari penulis buka Opera Van Oranje. Kalau orang lain bisa mengupayakan mendapatkan rekomendasi setingkat eselon II di pemerintahan usahakan dapat yang eselon I. Saya sendiri waktu itu berjuang medapatkan rekoemdasi dari Bapak Gubernur dan alhamdulillah saya dapat. 
  14. Yang Tak kalah pentinya adalah sebelum menuliskan essay pada isian beasiswa luangkan waktu untuk membaca tujuan dari program beasiswa yang akan kita lamar sehingga kita bisa memasukkan tujuan tersebut dalam isian kita. Hal ini terasa penting karena setiap beasiswa memiliki visi dan misi tertentu sehingga melalui beasiswa yang kita apply kita bisa mewujudkan visi dan misi tersebut.
  15. Sebagai tambahan pelengkap aplikasi beasiswa  bekerjalah sebagai volunteer. Hal ini mungkin penting gak penting namun layak untuk dicoba. Bagi saya  ini sangat bermanfaat karena bisa menambah CV kita. Menurut dosen saya yang alumni beasiswa Fulbright bahwa pemberi beasiswa akan memberikan nilai plus bagi mereka yang bekerja secara sukarela yang berarti disamping rutinitas pekerjaan intinya dia masih menyempatkan untuk bekerja secara sukarela di komunitas untuk pembangunan. Waktu itu saya memasukkan kegiatan mengajar kepada 1 kelas orang dewasa dan 1 kelas anak-anak dari keluarga yang kurang mampu di daerah saya.

Sekian dulu tips dari saya jika masih ada yang saya ingat akan saya tambahkan lagi di kesempatan mendatang.



Khairullah
Email: khairullah.razak@gmail.com

Gerakan Donasi Penghafal Qur'an Yatim / Berprestasi

Bismillah THE VOLUNTEERS adalah komunitas yang bergerak dalam dunia Islam dan kemanusiaan. Kali ini kami memperkenalkan program kami khusus...