Sabtu, 18 November 2017

Budaya Bali dan Hindu Subur Lestari di Parigi Sulawesi Tengah

Menelusuri Kampung Suli di Kecamatan Balinggi, Parigi Moutong kita seakan dimanjakan dengan pemandangan di Pulau Dewata Bali. Tempat ibadah di depan rumah dengan ukiran khas Bali, pagar, dan tempat ibadah yang disebut banjar ada di dusun ini. Ditambah lagi pemandangan berupa pematang sawah nan hijau menghiasi wilayah ini dimana sebagian besar orang Bali memang menekuni sektor pertanian.






Diperkirakan ada sekitar 60 persen Etnis Bali mendiami Kabupaten Parigi Moutong dimana mereka masih melestarikan budaya Bali hampir secara keseluruhan termasuk mendirikan banjar, merayakan upacara Kuningan serta tradisi Ogo-Ogo saat Nyepi masih dengan mudah kita lihat. Di Kampung Suli inilah etnis Bali membuat perkampungan sehingga bisa dilihat di setiap rumah memiliki tempat ibadah khas Orang Bali dan rumah bernuansa arsitek Bali.



Semenjak kapan Etnis Bali mendiami Kabupaten Parigi Moutong?

Menurut catatan sejarah,  jauh sebelum program transmigrasi pemerintah ke wilayah Parigi, Etnis Bali sudah mendiami wilayah ini. Menurut penuturan Pak Made yang sempat saya temui, kedatangan etnis Bali dimulai sejak zaman kolonial dimana ada belasan orang Bali yang dibuang ke wilayah ini. Nah orang-orang Bali inilah yang akhirnya berhasil bertahan hingga mengajak anggota keluarga lainnya untuk mencari kehidupan yang lebih baik di Parigi.




Pak Made yang asli berasal dan lahir di Bali pada tahun 1949 lalu berpindah ke Parigi pada usia 20 tahun. Sampai saat ini semua saudara-saudaranya sudah bermukim di Parigi sehingga tidak ada lagi tradisi mudik bagi Orang Bali di Parigi. Sekilas kita amati, orang-orang Bali di Parigi masih menggunakan Bahasa Bali, namun ketika berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia masih ada aksen khas Bali layaknya orang Bali di Pulau Bali.

Apakah ada hambatan menjalankan ibadah dan melestarikan budaya Bali yang sangat khas layaknya di Pulau Dewata?


Dia mengatakan seluruh kebiasaannya sebagai umat Hindu di Bali dapat dia laksanakan di Parigi seperti sembahyang di pagi, siang, dan saat sore hari beserta meletakkan sesajen. Semua budaya Bali tumbuh subur dan lestari di Parigi. Kekhawatiran akan hidup berdampingan dengan Muslim di Parigi bagi etnis Bali sama sekali tidak ada. Mereka saling membantu dan menjaga keamanan untuk setiap perayaan keagamaan. Ketertarikan Pak Made datang ke Parigi karena informasi prospek pertanian yang bagus di Parigi, dimana setiap orang Bali yang merasakan sukses di Parigi mengajak keluarganya di Parigi.







Setiap budaya Bali dan Hindu dilestarikan oleh setiap orang Bali di Parigi. Bahkan ada beberapa anggota dewan dari etnis Bali yang duduk di legislatif. Indahnya kebersamaan dan kerukunan di Tanah Parigi layak jadi contoh bagi wilayah lain di Indonesia.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gerakan Donasi Penghafal Qur'an Yatim / Berprestasi

Bismillah THE VOLUNTEERS adalah komunitas yang bergerak dalam dunia Islam dan kemanusiaan. Kali ini kami memperkenalkan program kami khusus...