Kamis, 02 November 2017

Tips dari Dosen Brawijaya dalam Meraih Australia Awards - Bersama Dias Satria

Agent of Change dan Calon Pemimpin Masa Depan sebuah daya pikat bagi pemberi beasiswa versi Dias Satria
=================================================================
Dias Satria, pria yang sehari-harinya berprofesi sebagai dosen di Universitas Brawijawaya ini menyelesaikan Ph.D di University of Adelaide sebelum mencapai umur 35 tahun. Hal ini bukanlah prestasi biasa. Masternya diselesaikan di universitas yang sama melalui beasiswa yang berbeda. Untuk program masternya diselesaikan melalui pembiayaan beasiswa Australia Awards dan Ph.D dengan beasiswa DIKTI. 
Uniknya kedua beasiswa yang diraihnya ini hanya dengan satu kali mengirimkan berkas lamaran namun ada perjuangan di balik itu. Mas Dias merasa tak cukup dengan bermodalkan dosen lalu bisa dengan gampang meraih beasiswa. Dia mengakui menyiapkan diri selama setahun belajar Bahasa Inggris dikarenakan TOEFLnya hanya 500 dan IELTSnya 5. Meskipun saat saya bertemu dengan Mas Dias di Adelaide Bahasa Inggrisnya cukup lancar namun dia mengakui kemampuannya dalam Bahasa Inggris termasuk payah sehingga butuh setahun belajar.




Pria yang menyelesaikan masternya di jurusan Aplied of Economics University of Adelaide dan Ph.D di bidang Agricultural Economics ini sangat aktif berbagi pengalaman dan keahliannya di berbagai daerah di Indonesia setelah kembali ke Indonesia. Dia juga sangat dikenal sosok yang bersaja dan menjadi dosen idola di kampusnya karena pendekatan yang digunakan berbeda.
Jika ditanyakan manakah yang lebih susah berjuang melamar beasiswa S2 dengan beasiswa Australia Awards atau S3 dengan beasiswa DIKTI baginya beasiswa yang pertama karena itu adalah kali pertama melamar beasiswa dan semua tahu kalau beasiswa ini diminati ribuan pelamar. Ditambah lagi, ini adalah wawancara pertamanya dalam mengejar beasiswa.
Pria yang sempat menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia untuk South Australia ini memang memiliki kemampuan leadership yang handal, inilah sebenarnya bakat dalam dirinya sehingga menjadi jualan tersendiri untuk memikat pemberi beasiswa. Disamping itu usaha kerasnya dalam mengejar beasiswa dengan belajar selama setahun cukup menjadi bukti keseriusannya ditambah profesinya juga sebagai dosen, konsultan dan peneliti menjadi nilai tambah.
Kata kunci dari Mas Dias bahwa calon-calon pemimpin bangsa sudah bisa dilihat bagaimana kiprahnya di komunitas atau institusinya terhadap apa yang sudah diperbuat, dan langkah-langkah yang diambil tersebut mampu menjadikannya Agent of Change jadi harus melakukan sebuah terobosan yang tidak hanya biasa-biasa saja.
Terima kasih banyak Mas Dias atas kesediaannya diwawancarai di tengah padatnya jadwal mas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gerakan Donasi Penghafal Qur'an Yatim / Berprestasi

Bismillah THE VOLUNTEERS adalah komunitas yang bergerak dalam dunia Islam dan kemanusiaan. Kali ini kami memperkenalkan program kami khusus...