Kamis, 19 Oktober 2017

Impianmu (Kementerian Luar Negeri) namun bukan passionku - Pengakuan Mantan Diplomat

Masih saja selalu ada yang bertanya sampai sekarang kok meninggalkan Kementerian Luar Negeri apa tidak menyesal?
=====================================================
Jadi harus cerita lagi nih dan diulang-ulang
Ini adalah kisah tentang menyerah dari pengalaman hidup saya. Saya memiliki jiwa sosial suka membantu orang lain namun bagaimana saya bisa membantu orang lain kalau saya tidak bisa menolong diri saya sendiri.
Saat saya kuliah di Australia, di kampus ada danau dan terdapat kawanan bebek-bebek lalu saya amati mengapa mereka menghilang saat musim dingin tiba? Saat musim dingin mereka merasakan lingkungan tidak mendukung lalu pergi.
Ketika hewan berada di lingkungan yang tidak mendukung mereka melakukan 3 hal: berhibernasi, beradaptasi, dan berpindah. Manusia bisa belajar dari hewan juga kan?
Cerita saya bekerja selama 3 tahun di Kemlu sebagai diplomat dan saya memutuskan berhenti. Bertemu dengan orang banyak, penampilan yang rapi dan tugas kantor yang berat bagi saya.
---------------------------------------------------------------------------------------
• Saya ingin menggarisbawahi bahwa kita hidup bukan untuk menyalahkan lingkungan, mungkin beginilah kultur kerja di tempat tersebut, TAPI semuanya kembali ke kita, it’s all about ME.
--------------------------------------------------------------------------------------
Di masa-masa 3 bulan pertama saya depresi, malu yah malu, tapi saya belajar banyak dari peristiwa itu. Saya pun memutuskan menyelamatkan jiwa saya dengan berobat ke psikiater dan ke psikolog. Bagi saya harus ada penengah antara kantor, orang di luar dan saya.
Saya pun banyak menghabiskan waktu membaca. Gramedia Matraman menjadi rumah kedua karena kadang saya belum mampu membeli buku jadi cukup baca di tempat. Teman-teman sering bilang jangan menyerah, saya harus bersyukur karena susah dapat kerjaan jaman sekarang, saya telah mengambil jatah anak bangsa lainnya, ditambah lagi The Massive dengan lagu Jangan Menyerah yang sangat popular saat itu dan berbagai buku motivasi tentang Jangan Menyerah saya lahap.
---------------------------------------------------------------------------------------
Kesimpulannya, semua orang bisa sukses tapi suksesnya di berbagai bidang yang diminati. Jika seorang anak yang berjiwa seni sulit untuk sukses di bidang matematika. Isi dompet boleh sama atau bahkan lebih tapi sukses bukan diliat dari isi dompet, menurut saya.
----------------------------------------------------------------------------------------
Demi memenuhi tuntutan The Massive dkk saya tetap melanjutkan terapi ke psikiater dan ke psikolog. Namun saya melihat depresi sudah sembuh namun mengapa saya masih belum seperti sedia kala, sebelum saya memasuki dunia kerja baru ini. I told the psychiatry that my life was fun, I worked as an announcer, a teacher, a translator in NGO, a research assistant and got many achievement as tourism ambassador and youth delegate of my province. I was happy with my life. I was happy with my friends and families. So what’s wrong with me now? I feel like dead person who walked without life purpose. I hate waking up in morning, I only like weekend and spending money as a run away traveller and shopping. That’s it.
Pekerjaan menganjurkan saya bagaimana saya bergaul (saya tahu saya adalah orang yang sangat santai dan dididik dari keluarga untuk melihat semua orang sama, ayah saya selalu bilang jangan bedakan status, kekayaan, turunan ketika bergaul dengan orang lain. Perlakukan orang sama!)
Pekerjaan mengatur saya bagaimana berpakaian (again, saya adalah orang yang super santai dengan pakaian, ini adalah bawaan lahir saya yang memang sangat casual, jadi bagi orang berpakaian rapi adalah sesuatu seni bagi saya itu adalah salah bentuk siksaan)
Pekerjaan mengatur kehidupan pribadi (ketika saya di luar negeri, saya sering bergaul dengan “kasta” bawah dan itu ditegur, saya tidak boleh tinggal di rumah sederhana harus sesuai standar, saya suka naik angkutan umum ketika itu “disindir”)
Saya beradaptasi, bergaul, mencoba bekerja dengan baik dan datang tepat waktu. Kata-kata jangan menyerah masih terngiang namun hati saya tidak suka dengan pekerjaan ini.
Terapi menganjurkan saya untuk mengubah diri NAMUN bagaimana jika dalam proses adaptasi you find yourself you don’t fit in with your inner sound…..
--------------- ** --------------------
Gangguan cemas merupakan kecemasan berlebih. Kita semua memiliki cemas sebagai upaya perlindungan diri. Ketika melihat binatang buas maka adrenalin naik dan hewan tersebut mengejar kita maka ada 2 cara: berantem sama hewan tersebut atau lari menyelamatkan diri. Nah sekarang bagaimana jika kita melihat harimau di luar maka apakah memilih berkelahi dengan harimau atau melarikan diri? Jelas kita memilih menyelamatkan diri contohnyal bos yang super ketat, deadline kerja yang menekan, complain customer ditambah pakai acara marah-marah, semua ini adalah ancaman dan pemicu yang mempengaruhi system saraf manusia.
Bertarung atau menyelamatkan diri? Ketika atasan marah mungkin kita lari menghindar atau berantem mulut atau fisik dengan atasan namun ini cara gila, gak beradab. Namun system biologis tubuh memberikan sinyal apa yang harus dilakukan.
Saya beradaptasi namun system tubuh saya memperlihatkan sering mual, pusing, sakit perut, tubuh gemetar, tubuh dingin. Pernah suatu waktu ada pertemuan, ketika serangan itu tiba, saya mengunci diri di toilet lalu saya keluar dan menumpahkan air ke baju saya sebagai bentuk pelarian atas serangan yang saya alami. Inilah respon tubuh yang menyuruh saya melakukan hal di luar logika. Hanya psikiater yang mengerti. 
Tidak cocok, itulah jawabannya. Hanya bolak balik saya ke psikolog dan psikiater. Terapinya berlangsung sometimes worked, sometimes balik mentah lagi. Akhirnya, karena ini keputusan besar dalam hidup saya, psikiater menganjurkan saya diassessment. Lalu sebelum hasilnya disampaikan waktu itu para psikiater diskusi dulu. Hasilnya, yah dengan berat hati psikiater utama berbicara "saya tidak menganjurkaan pilihan mana yang akan kamu ambil, lanjut atau berhenti dari kerjamu sekarang. Semuanya berat, semuanya beresiko". Namun, hasil assessment menunjukkan kemampuan kerja kamu meningkat selama proses terapi hanya lingkungan kerja kamu hanya 2% berkontribusi dalam penyembuhanmu. Jadi masalah kamu akan berputar-putar disini. Sebenarnya dok, saya sudah tahu jawabannya, tanpa assessment juga. Saya hanya butuh formal assessment biar surat dokter yang bicara.
Lalu saya menyiapkan diri, berkemas dalam jiwa. Menyiapkan kabar “buruk” ini ke teman-teman NAMUN saya sudah tutup telinga. Ini adalah hidup saya, bukan kamu yang jalani. Semua bentuk kekecewaan kalian siap saya tampung di kotak saran, tapi keputusan adalah otonomi saya. Keluarga saya tidak ada masalah, ayah saya hanya bilang jika itu yang buat kau senang dan keputusanmu ini tidak membebani keluarga, yah jalani.
Mereka bilang Quitter Never Win, namun saya tidak setuju.
Mereka bilang saya pecundang dan akan mengalami hal yang sama yakni lari dari kenyataan. Yang jelas saya memilih jalan terbaik untuk kehidupan saya. Apakah saya menyesal? Sama sekali tidak (jauhkan hamba ya Allah dari takabbur dan sombong) membayangkan berada di sana pun saya sudah tidak mau.
Hidup itu tak harus maju terus kok! Saya kasih contoh daun di pohon, dia jatuh, dia menyerah, dia meninggalkan pohon, dia pindah dan siklus kehidupan berlanjut hingga musim demi musim berganti.
Alhamdulillah justru saya merasa hidup lagi setelah memutuskan menyerah dan pindah. Mungkin jangan dinilai dari isi dompet namun aktualisasi diri dan kontribusi, saya membantu komunitas, saya kembali mengajar, pekerjaan juga kembali tertata dan saya kembali sekolah. Semangat saya kembali lagi.
Pelajaran bagi saya, saya tidak akan memaksa diri saya ketika mendapatkan lingkungan yang tidak mendukung bagi saya.
Ketika lingkungan kerja atau apapun itu tidak mendukung maka pilihannya berhibernasi, beradaptasi atau berpindah. Yang pastinya satu pilihan cocok bagi Anda belum tentu cocok bagi saya justru disitulah indahnya kehidupan!
As a conclusion, kita memegang kendali atas keputusan-keputusan hidup kita. Jika pekerjaan tidak membuat kita tenang dan puas yang jelas banyak pilihan di luar sana yang masih tanda tanya. Tulislah naskah hidup kita masing-masing, you’re a decision maker, kita tidak mampu mencapai hal-hal besar dalam hidup jika membiarkan lingkungan dan orang lain menuliskan naskah hidup kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gerakan Donasi Penghafal Qur'an Yatim / Berprestasi

Bismillah THE VOLUNTEERS adalah komunitas yang bergerak dalam dunia Islam dan kemanusiaan. Kali ini kami memperkenalkan program kami khusus...