Senin, 23 Desember 2013

12 Minggu Pre-Departure Training Australia Awards Scholarships, I/A/L/F Denpasar


"Kupikir setelah dinyatakan lulus beasiswa Australia Awards maka saatnya santai-santai ternyata itu baru pintu pertama sebuah perjuangan besar"


Bali 15 Juli - 18 Oktober 2013 Indonesial Australia Language Foundation I/A/L/F

Masa Penantian EAP bagi awardee adalah bagian yang mendebarkan mengapa demikian karena disinilah perjuangan awal kami baru dimulai setelah dinyatakan lulus oleh pihak Ausaid dan kami harus menghadapi EAP dengan target IELTS sesuai kampus masing-masing. Ada tanda tanya besar bagaimana teman sekelas kami, tentu mereka hebat-hebat dan bagaimana bisa survive dalam lingkungan pembelajaran gaya Australia. semua bercampur aduk hingga saya tiba di Denpasar tanggal 11 Juli 2013 yang bertepatan dengan hari ketiga bulan puasa.

Pengalaman selama 12 minggu mengikuti Pre-Departure Training atau biasa juga disebut English Academic Purpose (EAP) di IALF Bali akan saya tuliskan disini. EAP berisi pemberian pembengkalan kepada calon penerima beasiswa Australia Awards atau biasa disebut awardee berupa persiapan kuliah di Australia bagaimana menulis paper, melakukan library research dan pengenalan komputer dan pelatihan IELTS. Mengenai pengenalan komputer bukanlah hal yang sepele karena banyak ilmu yang saya dapatkan disana diantaranya bagaimana cara membuat table of content yang dulu saya lakukan secara manual sehingga hasilnya sering berantakan.

 Setiap hari dari Senin sampai Jum'at kami belajar di kelas selama 4 jam. Dua jam untuk EAP dan dua jam lagi untuk pelatihan IELTS. Penentuan lamanya EAP seorang awardee ditentukan oleh hasil JST Australia Awards Scholarship (AAS). Untuk IELTS 5 akan mendapatkan pelatihan selama 9 bulan, untuk IELTS 5.5 selama 6 bulan dan untuk IELTS 6 selama 3 bulan. Sementara untuk awardee yang mendapatkan nilai 6.5 keatas hanya mendapatkan EAP 8 minggu tanpa tes IELTS lagi. 



Tugas-tugas mengenai penulisan paper kuliah ala Australian University adalah hal yang diajarkan dan kita juga harus memenuhi persyaratan IELTS sesuai permintaan kampus yang akan kita tuju di Australia. Jadi jangan bayangkan EAP itu sejenis pelatihan yang cuma masuk kelas dan setelah itu bisa jalan-jalan di Bali. Salah besar, selama EAP saya nyaris berkutak-katik  di kos, kelas dan perpus.  Terkadang saat akhir pekan karena banyaknya tugas yang menjadi tanggung jawab kami sebagai awardee mengharuskan kami menyelesaikannya. Kadang hendak tidak mengerjakan tugas tapi kembali saya sadar bahwa saya harus mencapai target IELTS universitas dan paper-paper tugas juga sangat menunjang kuliah kami nantinya di Australia. Kalau saat EAP saja saya belum bisa mengerjakan paper-paper tugas tersebut besar kemungkinan akan berdampak ke performa saya di Australia.

Hari-hari pertama saya mengalami 'ketegangan' hebat saya sempat mual-mual mungkin karena pengaruh maag kumat. Tidak biasanya saya sampai muntah-muntah. ini mungkin karena saya masih mengalami penyesuaian dengan gaya belajar di IALF. Ketika belajar di IALF ritme hidup saya berubah dan berjalan cepat. Waktu serasa cepat berlalu dengan mengerjakan tugas. Bangun pagi setelah solat subuh saya langsung mengerjakan tugas nyaris waktu saya hanya habis untuk belajar seharian hingga berakhir belajar jam 11 malam. Tidur pun dalam keadaan dalam 'tekanan' karena mungkin tugas yang belum sempurna atau takut ada lagi tugas yang ketinggalan. Saya selalu was-was jika ada tugas yang belum dikerjakan dan saling kami-kami menginfokan tugas apa besok.

Saya masuk di kelas 3 bulan yang merupakan kelas yang paling 'tough' menurut saya karena materinya sangat padat walaupun kelas 6 dan 9 bulan juga akan tetapi menurut petuah dari Manager IALF saat pembukaan bahwa kelas 3 bulan jangan menunggu pemanasan gigi 1 dulu baru gigi 2 tapi harus langsung gigi 4. Sehingga saya yang termasuk slow learner sempat 'keteteran' soal tugas-tugas yang diberikan. Namun berkat berjalannya waktu saya dapat menjalani EAP dengan baik semua karena kekuatan yang diberikan Allah lewat teman-teman sekelas yang sangat supportive dan guru saya Mr. Jerry Cross yang bersedia mendengar keluh kesah serta memberikan solusi untuk masalah saya dalam belajar. Thanks Allah I feel so lucky being with my 3MB mates.

Paper merupakan tugas yang belum familiar bagi saya secara waktu S1 saya terus terang sangat minim pengalaman menulis paper ditambah lagi skripsi saya masih sadur sana sadur sini. Saya sangat berharap semoga dengan EAP saya bisa belajar meski dari nol untuk menulis. Dibanding teman sekelas lainnya saya merasa sangat tertinggal.


Nah ketika sedikit merasa kurang motivasi belajar maka saya melihat perjuangan teman-teman lainnya, yah ada teman saya seorang ibu yang baru melahirkan beberapa bulan dan mengurus bayinya di sela-sela jadwal pelajaran yang padat. Ada banyak cara mengecas kembali semangat dan saya bersyukur teman-teman sekelas saya bersedia menuntun saya dengan sangat sabar. Saya juga melihat suasana kelas kami saling mendukung satu sama lain bukan berkompetisi untuk pribadi ketika ada ada anggota teman lain yang tertinggal teman-teman yang lain membantu. 

  • Saya masih ingat bagaimana Mbak Nunik menjelaskan kepada saya tentang materi 'extol the virtue' dimana saya selalu dapat langganan kena 'semprot' guru di kelas karena saya selalu salah menggunakannya.
  • Mbak El dengan sabarnya memeriksa draft discussion paper saya dimana saya masih sibuk mengedit bibliografi sementara deadline sudah hitungan menit.
  • Bagaimana mbak Wulan menemani Bea sampai malam di RC padahal mbak Wulan punya bayi di kosan. Saya sangat terharu saat itu dan mbak Wulan minta pamit karena tiba-tiba saya datang ke RC sehingga saya bisa membantu Bea.
  • Bagaimana Mbak Dila membantu Pak Adi memperbaiki referencenya saat diminta sama guru di kelas untuk diperbaiki lagi.
  • Bagaimana mbak Wina membatu kami (saya dan mbak Nunik) tentang teknik presentasi meskipun waktu itu mbak Wina sedikit tidak puas dengan penampilannya tapi dibalik semua itu dia rela mengajarkan ilmunya kepada kami dan kami bisa lebih baik presentasi di depan kelas. 
  • Bagaimana Pak Jacob meminjamkan hasil writingnya kepada saya dan waktu itu dia yang mengantarkan ke kosan saya. Luar biasa pak Jacob saya yang butuh malah pak Jacob yang antarkan. Saya juga rajin minta trik writing dari Pak Jacob karena beliau ini sangat rajin mencari informasi soal IELTS di internet dan beliau selalu senang membagikannya dengan teman-teman lainnya.
  • Mbak Enny yang membantu saya di dalam study group kami (Mbak Wain, Herul, dan Mbak Enny). I am lucky meeting you mbak Enny...
  • Aku selalu meminjam semangat dari Eci kalau saya lagi lobet karena tumpukan buku di meja belajarnya ruar biasa.
  • Gaya santainya pak Edi selalu menjadi kenangan teman sekelas.
  • Kalau Seluz selalu lincah, penuh energi, dan tugas selalu tepat waktu.
  • Dan masih banyak lagi kenangan-kenangan 'tercecer' saat EAP.
Nah untuk cakupan materi selama EAP yakni internet literacy, computer skill, cross culture class yakni sekilas pengenalan kebudayaan Australia, Skype class biasanya 60 menit dengan pihak Australia Award staffs dimana kita bisa menyampaikan pertanyaan seputar proses persiapan study di Australia, presentasi dari pihak kampus Australia hal ini cukup menarik karena kami bisa melakukan interaksi dengan utusan kampus tertentu di Australia jadi beruntunglah bagi yang kampus tujuannya datang presentasi. Adapun kampus yang sempat presentasi saat EAP adalah Flinders University, University of Adelaide, Carnegie Mellon University.



Bagi saya kelas yang paling menyenangkan adalah Cross Culture Class karena kelasnya sangat menyenangkan dengan mengetahui informasi tentang Australia dan pengajarnya sangat profesional untuk membuat kita lebih aktif berbicara dan bertanya tentang berbagai hal yang akan kami hadapi nantinya di Australia.

Dibalik sibuknya kelas EAP dan tugas-tugasnya, kami pun harus pandai-pandai membagi waktu demi sebuah liburan dimana satu hari kami bisa semangat menyelesaikan tugas dengan cepat. Inilah dia sang koordinator trip yah Mbak Nunik yang selalu menjadi travel planner kami. Kami semua yang serius dengan tugas bisa teralihkan berfikir jalan-jalan kalau dengan mbak Nunik.


Di sela malam-malam penuh tugas kami juga sering mengunjungi kost-kostan teman lainnya. Kami mengistilahkan sidak kecil-kecilan. Malam itu saya dan mbak Nunik memulai sidak ke kostan Echy, selanjutnya Echy kami giring pula ke kost mbak Wina yang kebetulan tinggat satu kosan dengan pak Edy dan pak Ady selanjutnya sidak kami berakhir ke kosan pak Jacob dan bu Enny. seru sekali malam itu.

Serunya menjadi awardee AAS saat kami menetap, ngekos, dan belajar di IALF BALI. Kebersamaan itu selalu terkenang meskipun saat berangkat ke Australia kami di kota berbeda. Mbak Enny, Mas Adi, Mbak Wulan dan saya di Adelaide. Seluz, Mbak Wina, Ingsie, Pak Edy, Mbak Dila, Mbak Nunik di Melbourne. El dan Ecy di Quensland. Pak Jacob sendiri dimana tuh Toowomba yah...














My Study Group - Enny and Wina



After Skype Session with AAS Team


Study Study and Study in favorite place in RC


Holiday, a trip to Bedugul with my 3MB mates


wonderful trip at Tana Lot


WIth Jerry Cross (My amazing and dedicated teacher) and Vlad (Manager IALF Bali) Closing Ceremony of EAP for 3 & 6 Month Group
All 3 Monthers group
Add caption

3 MB members before performing at Australian Consulate, Denpasar
3 M B with the teacher


AAS 3MB with a teacher, IALF team and Australia Awards team

A pose in front of IALF Audiotorium


1 komentar:

  1. Assalamu'alaikum..

    Mas, sangat menarik blognya..
    Kebetulan saya juga diterima AAS 2017 dan harus mengikuti PDT.
    Ada beberapa pertanyaan yang saya mau tanyakan ke Mas Razak. Boleh tau emailnya?

    Terima kasih.

    -Laila-
    laila84lubis@gmail.com

    BalasHapus

Gerakan Donasi Penghafal Qur'an Yatim / Berprestasi

Bismillah THE VOLUNTEERS adalah komunitas yang bergerak dalam dunia Islam dan kemanusiaan. Kali ini kami memperkenalkan program kami khusus...