Menelusuri Kampung Suli di Kecamatan
Balinggi, Parigi Moutong kita seakan dimanjakan dengan pemandangan di Pulau
Dewata Bali. Tempat ibadah di depan rumah dengan ukiran khas Bali, pagar, dan
tempat ibadah yang disebut banjar ada di dusun ini. Ditambah lagi pemandangan
berupa pematang sawah nan hijau menghiasi wilayah ini dimana sebagian besar
orang Bali memang menekuni sektor pertanian.
Diperkirakan ada sekitar 60 persen Etnis Bali mendiami Kabupaten Parigi Moutong dimana mereka masih melestarikan budaya
Bali hampir secara keseluruhan termasuk mendirikan banjar, merayakan upacara Kuningan serta tradisi Ogo-Ogo saat Nyepi masih dengan mudah kita lihat. Di
Kampung Suli inilah etnis Bali membuat perkampungan sehingga bisa dilihat di
setiap rumah memiliki tempat ibadah khas Orang Bali dan rumah bernuansa
arsitek Bali.
Semenjak kapan Etnis Bali mendiami
Kabupaten Parigi Moutong?
Menurut catatan sejarah, jauh sebelum
program transmigrasi pemerintah ke wilayah Parigi, Etnis Bali sudah mendiami wilayah
ini. Menurut penuturan Pak Made yang sempat saya temui, kedatangan etnis Bali dimulai sejak zaman kolonial dimana ada belasan orang Bali yang dibuang ke wilayah ini.
Nah orang-orang Bali inilah yang akhirnya berhasil bertahan hingga mengajak
anggota keluarga lainnya untuk mencari kehidupan yang lebih baik di Parigi.
Pak Made yang asli berasal dan lahir di Bali
pada tahun 1949 lalu berpindah ke Parigi pada usia 20 tahun. Sampai saat ini semua
saudara-saudaranya sudah bermukim di Parigi sehingga tidak ada lagi tradisi
mudik bagi Orang Bali di Parigi. Sekilas kita amati, orang-orang Bali di Parigi
masih menggunakan Bahasa Bali, namun ketika berkomunikasi dalam Bahasa
Indonesia masih ada aksen khas Bali layaknya orang Bali di Pulau Bali.
Apakah ada hambatan menjalankan ibadah dan melestarikan budaya Bali yang sangat khas layaknya di Pulau Dewata?
Dia mengatakan seluruh kebiasaannya sebagai
umat Hindu di Bali dapat dia laksanakan di Parigi seperti sembahyang di pagi,
siang, dan saat sore hari beserta meletakkan sesajen. Semua
budaya Bali tumbuh subur dan lestari di Parigi. Kekhawatiran akan hidup
berdampingan dengan Muslim di Parigi bagi etnis Bali sama sekali tidak ada.
Mereka saling membantu dan menjaga keamanan untuk setiap perayaan keagamaan.
Ketertarikan Pak Made datang ke Parigi karena informasi prospek pertanian yang
bagus di Parigi, dimana setiap orang Bali yang merasakan sukses di Parigi
mengajak keluarganya di Parigi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar