Ada Hal yang Lebih Penting daripada Menjadi Orang yang Bahagia
== == == == == == === ==== ==== === ==== === ==== === ===
Sebagian besar waktu manusia mati-matian mengejar kebahagian, namun sebuah riset menunjukkan semakin manusia mengejar kebahagiaan maka semakin bahagia itu menjauh. Semakin manusia mencoba mendefenisikan apa kebahagiaan itu maka semakin sulit kebahagiaan itu tercapai.
Sejak kecil saya menjejali diri dengan bahagia jika bisa ini dan itu dan puncaknya ketika saya lulus menjadi PNS di Kemenlu dan saya harus jujur saya tidak bahagia. Semua rasanya sudah tercapai, usia muda, lulus kuliah cepat, prestasi sedari SD hingga kuliah, hingga pucaknya diterima menjadi diplomat. Di titik itu saya tidak merasakan keterpenuhan dalam hidup yang dapat membuat saya bahagia.
Apakah hanya saya yang merasakan hal ini?
Ternyata tidak karena setelah saya membuat pengakuan tentang hal tersebut, banyak rekan saya juga merasakan hal yang sama.
Ternyata tidak karena setelah saya membuat pengakuan tentang hal tersebut, banyak rekan saya juga merasakan hal yang sama.
Meskipun di zaman sekarang milenials sudah memenuhi standar hidup layak seperti memiliki rumah, pekerjaan, bisa jalan-jalan dalam dan luar negeri, memiliki pasangan ideal, anak yang lucu-lucu, hingga memiliki aset namun banyak dari mereka merasakan kehampaan, kekosongan, dan tertekan. Untuk mengidap rasa seperti ini kita tidak harus mengidap depresi menurut tes lab dan pemeriksaan psikolog. Parahnya lagi milenials seperti ini bukanlah orang yang tidak bahagia namun mereka gagal menemukan ARTI keberadaan mereka di atas bumi.
Lalu saya menekuni dunia psikologi baik lewat buku atau diskusi dengan psikolog dan psikiater. Kebahagiaan adalah sebuah kondisi yang menyenangkan dan nyaman yang bersifat sementara atau merasa nikmat dalam waktu tertentu. Kita bisa melihat ada orang merasa bahagia dengan nongkrong di kafe, ada yang bahagia dengan traveling, ada yang bahagia dengan berbelanja, bahkan ada yang bahagia dengan memberi kepada sesama.
Nah bagaimana jika hidup kita hanya kita habiskan untuk menikmati setiap hari obrolan di kafe hingga akhir hayat? Berkeliling dunia jalan-jalan hingga tua nantinya? Menghabiskan uang untuk menjejali diri dengan barang dan diskon di sebuah mall? Benarkah ini bahagia?
Ada sesuatu yang lebih penting yakni menemukan ARTI hidup. Menemukan arti dan tujuan hidup adalah mengerahkan diri untuk terikat pada suatu hal dan menghargai diri, mengerahkan kekuatan diri untuk melayani orang lain, mengembangkan potensi dalam diri untuk melayani sesama. Mereka yang menjalani hidup dengan sebuah tujuan lebih memiliki daya tahan lebih, menunjukkan performa yang lebih baik dalam hal pendidikan dan pekerjaan, serta harapan hidup yang lebih panjang.
Semenjak itu saya mencoba membuktikan dan mencari jawaban dari orang-orang yang telah menemukan tujuan hidup lebih awal dan menanyakan resepnya. Orang-orang ini terlihat sederhana namun memiliki kekuatan dari sebuah sorot mata yang dapat memberi kekuatan dalam mengarungi hidup. Mereka pun datang dari berbagai latar belakang profesi.
Lalu dari buku-buku saya menemukan tokoh-tokoh besar. Nabi Muhammad, Mahatma Gandi, dan Mother Teresa hanyalah sebagian kecil nama-nama yang menyerahkan hidupnya untuk sebuah tujuan hidup. Siapa bilang hidup Nabi Muhammad selalu bahagia? Bagaimana dengan kerasnya kehidupan Gandi? Hingga Mother Teresa meninggalkan kenyamanan hidup melayani sesama demi sebuah tujuan hidup. Disinilah saya menemukan ada hal yang lebih penting daripada kebahagiaan dalam hidup ini.
Jika pekerjaan belum memberikan peluang untuk menemukan tujuan hidup, alasan untuk menghidupi orang lain juga sebuah tujuan hidup. Seorang perawat yang bisa melayani pasien, seorang ibu merawat anaknya dengan baik, seorang ayah yang bertahan untuk mencari nafkah buat keluarga bisa menjadi sebuah tujuan hidup.
Karena bahagia datang dan pergi. Dan ketika hidup memberikan pengalaman manis dan pahit sebuah ARTI / tujuan hidup menjadi alasan mengapa kita masih tegar untuk bertahan dalam menjalani hidup 😇🙏