Pertanyaan ini banyak ditanyakan orang lain bahkan orang-orang sekitar saya tentang mengapa saya ingin dan sangat mendambakan kuliah di luar negeri. Di tengah pekerjaan yang bagus, keluarga dan semua sudah settle down saya masih tetap mendambakan kuliah di luar negeri. Apa hebatnya kuliah di luar negeri itu. Setelah hampir sebulan menginjakkan kaki di Adelaide, Australia Selatan baru saya kembali menyempatkan menulis alasan ini. Jalan-jalan dengan sebuah pengalaman baru adalah impian saya.
Kuliah di luar negeri adalah impian saya sejak kecil. Saya bukanlah anak orang kaya, atau anak yang berotak encer di dalam keluarga dan di sekolah namun saya berani bermimpi untuk sekolah ke luar negeri. Impian ini saya pelihara, saya perjuangkan dan tiada satupun yang bisa menghalangi saya kecuali ALLAH dan saya berusaha mengejarnya perlahan-lahan namun berkelanjutan. Serupa binatang dibawah tanah yang tetap menggali goa khusus dengan tenang meskipun lambat semuanya kulakukan demi meraih impian itu. Saya tidak pernah menyatakan ke orang-orang kalau saya ingin kuliah di luar negeri saya paling takut dengan mendahului kehendak Allah. Saya lebih memilih untuk berusaha dengan tenang dan diam-diam namun diiringi konsistensi untuk memperjuangkan mimpi.
Saya selalu berfikir di luar kebanyakan orang lain fikirkan. Sesuatu yang hampir mustahil diimpikan oleh anak kampung di sebuah desa Soni, Kecamatan Dampal Selatan, Kabupaten Toli-toli Sulawesi Tengah untuk bermimpi sekolah ke luar negeri namun itu saya lakukan. Saya adalah pemimpi hebat. Segala apa yang saya impikan akan saya usahakan meskipun saya tahu saya termasuk slow learner. Namun sikap kegigihan saya untuk terus mencoba menghantarkan saya meraih mimpi ini.
Film-film tentang bagaimana kuliah di luar negeri selalu menginspirasi saya. Tinggal jauh dari kampung halaman, merasakan kehidupan mixed culture, bahasa yang berbeda, sistem pendidikan berbeda dan penyesuaian yang dituntut tinggi membuat saya ingin merasakan atmosfir itu serasa berada disana. Saya ingin duduk bersama orang-orang hebat negeri ini. Bisa merasakan sistem pendidikan di luar negeri. Bisa membagikan cerita ini kepada teman dan kerabat merupakan pengalaman dan kekayaan yang tak ternilai.
Saya ingin merasakan kultur budaya lain, saya ingin mengasah kemandirian saya, saya ingin bebas dari hidup sebagai A dengan embel-embel keluarga dan sebagainya di tempat kelahiran saya. Saya ingin menjadi orang yang tidak dikenal siapa-siapa lalu menjadi diri sendiri dan mengeksplorasi kemampuan saya melalui hubungan dengan teman-teman dari berbagai negara, menyenangkan sangat menyenangkan menjadi diri sendiri dan justru di negeri rantaulah saya bisa menjadi diri sendiri.
Saya ingin berbincang tentang permasalahan di Timur Tengah dengan orang asli dari sana, saya ingin menanyakan bagaimana hidup di Afrika dan keindahan wisata di Asia. Kapan lagi saya bisa bertemu dan berdiskusi dengan teman dari berbagai negara yang berbagai anak bangsa hadir untuk kuliah di kampus ini. Yang saya impikan dulu kini telah tercapai. Saya ingin merasakan sensasi hebat itu melalui pergaulan internasional sehingga menambah kepekaan dan toleransi saya.
Sisi kedekatan saya dengan Allah juga banyak diuji di negeri rantau ketika tak ada lagi keluarga yang mengingatkan kapan waktu sholat bagaimana menjalankan ajaran Islam di negara seperti Australia. Saya selalu merasa dekat dan diawasi Allah. Saya menjadi pribadi yang sangat takut kehilangan Allah dan lupa padaNya karena disini saya bukanlah siapa-siapa. Saya merasa sendiri tapi dengan mengingat Allah saya tidak sendiri. Saya lebih aktif mengikuti kegiatan agama Islam dan sholat saya usahakan tepat waktu dan sebisa mungkin berjamaah di kampus. rasanya syahdu sekali mengingat Allah ditengah-tengah keadaan serba terbatas dan minoritas.
Disini saya lebih mencintai negeriku sendiri. Saya merasakan betapa nikmatnya matahari bersinar sepanjang tahun disertai musim hujan. Kita bisa hidup tanpa AC dan heater yang mustahil bisa kita lakukan di Australia. Disini, saya mengenal negeriku, bergabung bersama saudara-saudara dari Sabang sampai Merauke. Kami satu semua anak Indonesia. Tak ada lagi sekat saat di negeri orang antara Sulawesi, Jawa, Sumatera dan Papua. Kami bahu membahu layaknya keluarga dekat untuk menguatkan ikatan untuk bertahan di rantau demi sebuah cita-cita bersama.
Mimpi yang sederhana, sekolah ke luar negeri disinilah dimulai, di kampus ini, Flinders University, kampus impian saya. Kampus yang saya perjuangkan dengan giat untuk berada disini dan di jurusan yang telah lama saya impikan dan akhirnya saya memang harus kuliah disini. Master of Special Education merupakan major impian saya. Ini yang betul-betul dikatakan dream comes true.
Sekarang saya menikmati sensasi deadline paper, ketidakmudengan dengan pembicaraan dosen di kelas, angin kencang Adelaide dan musim panasnya yang mencapai 45 C.. semua harus saya nikmati sebagai konsekuensi pilihan saya untuk kuliah di luar negeri.
3 Februari 2014, Adelaide, Australia
Herul
Kuliah di luar negeri adalah impian saya sejak kecil. Saya bukanlah anak orang kaya, atau anak yang berotak encer di dalam keluarga dan di sekolah namun saya berani bermimpi untuk sekolah ke luar negeri. Impian ini saya pelihara, saya perjuangkan dan tiada satupun yang bisa menghalangi saya kecuali ALLAH dan saya berusaha mengejarnya perlahan-lahan namun berkelanjutan. Serupa binatang dibawah tanah yang tetap menggali goa khusus dengan tenang meskipun lambat semuanya kulakukan demi meraih impian itu. Saya tidak pernah menyatakan ke orang-orang kalau saya ingin kuliah di luar negeri saya paling takut dengan mendahului kehendak Allah. Saya lebih memilih untuk berusaha dengan tenang dan diam-diam namun diiringi konsistensi untuk memperjuangkan mimpi.
Saya selalu berfikir di luar kebanyakan orang lain fikirkan. Sesuatu yang hampir mustahil diimpikan oleh anak kampung di sebuah desa Soni, Kecamatan Dampal Selatan, Kabupaten Toli-toli Sulawesi Tengah untuk bermimpi sekolah ke luar negeri namun itu saya lakukan. Saya adalah pemimpi hebat. Segala apa yang saya impikan akan saya usahakan meskipun saya tahu saya termasuk slow learner. Namun sikap kegigihan saya untuk terus mencoba menghantarkan saya meraih mimpi ini.
Film-film tentang bagaimana kuliah di luar negeri selalu menginspirasi saya. Tinggal jauh dari kampung halaman, merasakan kehidupan mixed culture, bahasa yang berbeda, sistem pendidikan berbeda dan penyesuaian yang dituntut tinggi membuat saya ingin merasakan atmosfir itu serasa berada disana. Saya ingin duduk bersama orang-orang hebat negeri ini. Bisa merasakan sistem pendidikan di luar negeri. Bisa membagikan cerita ini kepada teman dan kerabat merupakan pengalaman dan kekayaan yang tak ternilai.
Saya ingin merasakan kultur budaya lain, saya ingin mengasah kemandirian saya, saya ingin bebas dari hidup sebagai A dengan embel-embel keluarga dan sebagainya di tempat kelahiran saya. Saya ingin menjadi orang yang tidak dikenal siapa-siapa lalu menjadi diri sendiri dan mengeksplorasi kemampuan saya melalui hubungan dengan teman-teman dari berbagai negara, menyenangkan sangat menyenangkan menjadi diri sendiri dan justru di negeri rantaulah saya bisa menjadi diri sendiri.
Saya ingin berbincang tentang permasalahan di Timur Tengah dengan orang asli dari sana, saya ingin menanyakan bagaimana hidup di Afrika dan keindahan wisata di Asia. Kapan lagi saya bisa bertemu dan berdiskusi dengan teman dari berbagai negara yang berbagai anak bangsa hadir untuk kuliah di kampus ini. Yang saya impikan dulu kini telah tercapai. Saya ingin merasakan sensasi hebat itu melalui pergaulan internasional sehingga menambah kepekaan dan toleransi saya.
Sisi kedekatan saya dengan Allah juga banyak diuji di negeri rantau ketika tak ada lagi keluarga yang mengingatkan kapan waktu sholat bagaimana menjalankan ajaran Islam di negara seperti Australia. Saya selalu merasa dekat dan diawasi Allah. Saya menjadi pribadi yang sangat takut kehilangan Allah dan lupa padaNya karena disini saya bukanlah siapa-siapa. Saya merasa sendiri tapi dengan mengingat Allah saya tidak sendiri. Saya lebih aktif mengikuti kegiatan agama Islam dan sholat saya usahakan tepat waktu dan sebisa mungkin berjamaah di kampus. rasanya syahdu sekali mengingat Allah ditengah-tengah keadaan serba terbatas dan minoritas.
Disini saya lebih mencintai negeriku sendiri. Saya merasakan betapa nikmatnya matahari bersinar sepanjang tahun disertai musim hujan. Kita bisa hidup tanpa AC dan heater yang mustahil bisa kita lakukan di Australia. Disini, saya mengenal negeriku, bergabung bersama saudara-saudara dari Sabang sampai Merauke. Kami satu semua anak Indonesia. Tak ada lagi sekat saat di negeri orang antara Sulawesi, Jawa, Sumatera dan Papua. Kami bahu membahu layaknya keluarga dekat untuk menguatkan ikatan untuk bertahan di rantau demi sebuah cita-cita bersama.
Mimpi yang sederhana, sekolah ke luar negeri disinilah dimulai, di kampus ini, Flinders University, kampus impian saya. Kampus yang saya perjuangkan dengan giat untuk berada disini dan di jurusan yang telah lama saya impikan dan akhirnya saya memang harus kuliah disini. Master of Special Education merupakan major impian saya. Ini yang betul-betul dikatakan dream comes true.
Sekarang saya menikmati sensasi deadline paper, ketidakmudengan dengan pembicaraan dosen di kelas, angin kencang Adelaide dan musim panasnya yang mencapai 45 C.. semua harus saya nikmati sebagai konsekuensi pilihan saya untuk kuliah di luar negeri.
3 Februari 2014, Adelaide, Australia
Herul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar