Di kalangan masyarakat umum melakukan hal yang anti-mainstream merupakan hal yang tidak lazim salah satunya adalah ikut kegiatan pertukaran pemuda antar negara. Di luar sana ketika saya terpilih mewakili Sulteng dalam Australia Indonesia Youth Exchange Program AIYEP tak sedikit pandangan negatif bahwa hal tersebut hanya buang-buang waktu, membuat lambat selesai kuliah dan sederetan alasan lainnya. Entahlah mungkin di mata orang tersebut hidup itu hanya dilahirkan, sekolah baik-baik, kuliah dengan IPK tinggi, kerja jadi PNS, menikah selanjutnya beranak pinak dan mati. Mungkin itulah siklus hidup seorang yang pada umumnya.
Saya selalu ingin membuat jalan hidup saya sendiri. Sendiri, yah sendiri dengan cara saya sendiri bukan didikte dari siapapun, ingin keluar dari mainstream orang Palu kebanyakan dan saya ingin melihat dunia, mengamati perbandingan budaya dan menikmati sensasi travelling. Sungguh, saya bisa terheran-heran dibuat bagaimana seorang yang tajir tidak pernah travelling. Come on! hidup itu cuma sekali, lihatlah dunia yang luas ini dan kau akan kaya pengalaman dan jiwa.
Perubahan cara pandang saya melihat hidup menjadi lebih simple merupakan manfaat dari mengikuti Pertukaran Pemuda. Saya melihat hidup lebih sederhana dimana dulu saya melihat segala sesuatunya begitu ruwet. Sekarang ini hidup bagi saya adalah sebuah perjalanan singkat yang harus kita warnai seindah mungkin dengan pengalaman yang banyak. Nah bayangkan kalau kertas perjalanan saya hanya diisi dengan cerita-cerita seperti kebanyakan orang dan sampai mati hanya membanggakan dari mana saya berada. Oh, Herul life is once only, LIVE IT! lalu saya pun berubah, ingin melihat belahan dunia lainnya. Perubahan pada cara saya melihat hidup ini pun dirasakan benar oleh orang-orang terdekat saya dalam keluarga. Dalam waktu kurang dari 6 bulan program PPAN telah merubah sisa hidup saya yang mungkin sudah bisa ditebak arah sebelumnya namun saya membongkar puzzle itu dan menjalaninya dengan sebuah petualangan dan merangkai dan membingkai ala saya.
Memiliki networking secara internasional dengan teman-teman dari berbagai daerah di Indonesia dan kota-kota di Australia bahkan negara lain yang kita akan temui selama perjalanan program PPAN merupakan nilai plus lainnya dari mengikuti program PPAN. Bayangkan kamu memiliki 17 teman seprogram dari berbagai daerah di Indonesia, ini bukan hal biasa super duper extra luar biasa. Mengapa? mereka orang-orang pilihan dari daerah mereka masing-masing yang memiliki potensi besar menjadi pemimpin di daerah mereka. Prestasi mereka luar biasa baik nasional maupun internasional, pengalaman kerja yang hebat dan prestasi akademik yang gemilang. Prestasi sebagai duta wisata hampir disandang semua peserta Indonesia, bekerja di tempat bergengsi dan segudang pengalaman mereka yang membuat saya rasanya minder waktu itu untuk mengeksplorasi keunikan masing-masing teman saya di program. Orang-orang yang saya temui dalam perjalanan hidup saya membuat saya 'kaya' dan selalu merasa kurang dalam hal pengalaman.
Belumlah puas rasanya menjelajahi kehebatan teman-teman Indonesia saya, lalu saya pun harus bergaul lagi dengan 18 pemuda-pemuda Australia selama program. Hangatnya diskusi kami tentang budaya, pandangan hidup dan paling menarik yang membuat saya selalu ingin tahu latar belakang seseorang melakukan suatu tindakan yang mungkin bisa saya lihat dari peserta Australia. Hidup berdampingan dengan mereka selama program memang saya rasakan membutuhkan kesabaran yang tinggi dikarenakan perbedaan latar belakang budaya kami namun dibalik semua itu mereka memberikan saya pelajaran berharga untuk selalu bertoleransi dalam hidup berdampingan. Pelajaran mengenai kerja keras, pantang menyerah, tepat waktu dan berdisiplin adalah sebagian kecil yang bisa saya pelajari dari peserta-peserta Australia. Ditambah lagi suasana keakraban dan kekeluargaan menghiasi persahabatan antar dua negara Australia dan Indonesia.
Pengalaman hidup, tinggal dan menjadi bagian dari keluarga Australia selama dua bulan merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi saya. Mengamati secara langsung kebiasaan orang Australia dan turut menjadi bagian dari anggota keluarga menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Saya jadi bertoleransi dengan orang tua angkat saya yang tidak memahami kebudayaan, pandangan hidup dan agama saya. Setelah bersama mereka dua bulan saya merasakan half of my way has been lost and another half better way of life has been adopted. Sadar atau tidak, saya telah tinggal di dalam keluarga ini, makan makanan yang sama di meja makan bersama-sama, memanggil mereka mom and dad, mengantar saya ke masjid untuk sholat Jum'at padahal mereka Atheis dan tiap pagi menyapa saya good morning Herul menjadi pengalaman takkan terganti dalam hidup saya. Komunikasi saya pun tetap terjalin hingga saat ini sehingga memungkinkan saya untuk mengunjungi mereka kembali di Australia. Nah satu lagi keuntungan dari tinggal di host family ini adalah pengalamannya karena kalaupun kita ke Australia belum tentu bisa hidup dan tinggal serta mengambil bagian sebagai anggota keluarga dalam keluarga Australia. Kapan lagi kalau bukan di PPAN ini.
Secara internasional well-recognized certificate dari youth exchange sangat berpengaruh. Nah tak jarang alumni PPAN mendapatkan pekerjaan dengan mudah dan beasiswa ke luar negeri dengan mudah karena sertifikat yang dimiliki telah bertaraf internasional. Berikut beberapa alumni pertukaran pemuda asal Sulawesi Tengah yang berhasil mendapatkan beasiswa melanjutkan study di luar negeri Habiruddin Said dan Putri Gagaramusu di USA, Zulkifli Radjamuda di UK, Mochtar Marhum dan Nursehang Thamrin di Australia, Agus Lamakarate di Canada, Fadila dan Evi Yuniarti di Belanda, Mukrim Tamrin di New Zealand dan saya sendiri yang sekarang masih menempuh master saya di Australia.
Disamping kami juga mendapatkan sertifikat dari pihak negara tujuan kita dalam hal ini government mereka dan dari pihak kita yang dikeluarkan oleh pemerintah Negara Republik Indonesia sebagai duta bangsa. Yah, kita bisa keluar negeri bolak balik berapa kali namun sertifikat ini tidak akan kita miliki kalau tidak pernah mengikuti exchange program. Nah karena kita sudah mendapatkan sertifikat bertaraf internasional sehingga memudahkan kita untuk membuka peluang-peluang lainnya.
Saya dan Counterpart
Banyak yang bertanya apa itu counterpart? Untuk program Australia Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP) counterpart hanya ada di fase Indonesia jadi selama kami di Australia kami tidak didampingi counterpart. Jadi counterpart itu adalah peserta dari Australia yang dipasangkan dengan peserta Indonesia selama program berlangsung. Counterpart dipilih berdasarkan keputusan koordinator dengan melihat profil masing-masing peserta yang memiliki kesamaan minat, pekerjaan dan latar belakang pendidikan. Selama program kita akan tinggal serumah bahkan sekamar bahkan seranjang dengan counterpart selama dua bulan. Dua bulan bukanlah waktu singkat untuk melatih sabar, melatih bahasa Inggris dan menjadi guide dadakan gratis kemana-mana. Peserta Indonesia akan menemani counterpart melakukan kegiatan workplacement di Indonesia dan membantu komunikasi dengan orang tua angkat di Indonesia. Weits. hal ini bukan perkara mudah, sounds good tapi resikonya tinggi.
Sekembalinya saya di Palu ada hal yang saya rasakan berbeda yakni nilai tawar saya sebagai pengajar Bahasa Inggris kian naik karena berkat pengalaman saya di Australia. Hal ini memang terbukti dengan semakin membaiknya komunikasi saya dalam berbahasa Inggris dikarenakan dua bulan tinggal bersama orang tua angkat dan dua bulan bersama counterpart. So I rarely use my mother tongue in my daily life during the program. Dengan semakin tingginya permintaan untuk mengajar membuat nilai tawar saya naik sehingga bisa ditebak akan berefek ke isi dompet. Saya bisa pasang tarif untuk setiap les privat dan mengajar di lembaga. See how it works. Setelah saya menyelesaikan kuliah saya tepat waktu. tolong dicatat bahwa dengan mengikuti program PPAN tidak menghambat kuliah saya dan saya tetap bisa selesai selama 4 tahun dengan IPK memuaskan bagi saya. Nah terbantahkan kan mitos anak program telat selesai karena masalah selesai kuliah adalah masalah personal tolong jangan disangkutpautkan dengan program PPAN. seseorang yang tanpa mengikuti PPAN juga bisa cepat selesai dan lambat selesai semua tergantung dari person itu sendiri.
Setelah pulang ke Sulawesi Tengah saya bergabung dengan para alumni PPAN dibawah payung Purna Caraka Muda Indonesia (PCMI) Sulteng. Hal yang sangat saya dambakan untuk menjadi bagian dari keluarga besar orang-orang hebat di mata saya. Semenjak kuliah anak-anak PCMI memiliki prestasi yang gemilang dan selalu menjadi role model bagi adik-adik junior. Setiap cerita dan inspirasi dari mereka menjadi pemicu saya untuk tetap mengejar mimpi ke negeri impian. Menjadi bagian dari PCMI, yang beranggotakan putra-putra terbaik Sulawesi Tengah mengabdi untuk Sulteng dan memberikan arahan bagi calon-calon penerus PCMI ke depannya sehingga PPAN makin dikenal di masyarakat sehingga bisa memberikan kontribusi bagi pemuda di Sulteng.
Berkat pengalaman mengikuti seleksi PPAN yang ketat saya membuka peluang yang lain yakni di tahun 2006 saya terpilih menjadi Putera Pariwisata Sulawesi Tengah dimana pemilihannya diikuti 7 kabupaten dan 1 kota di Sulawesi Tengah. Program ini diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah. Disini saya benar-benar diberi kesempatan lagi berkat mengikuti seleksi PPAN. Percaya diri, kepemimpinan dan keinginan untuk berkompetisi terus terbangun semenjak dinyatakan menjadi Calon Duta Sulawesi Tengah di PPAN Australia Indonesia.
Alhamdulillah ketika selesai kuliah saya daftar CPNS dan saya lulus pada percobaan pertama. Semua berkat karunia Allah yang membukakan saya peluang untuk mengikuti PPAN dimana saya memiliki sertifikat dua negara yakni Australia dan Negara Republik Indonesia tercinta dalam hal ini Kemenpora, selanjutnya saya memiliki sertifikat dari pemerintah Kalimantan Selatan, Sertifikat dua tempat kerja saya di Australia dan beberapa surat referensi dari atasan saya di Australia. Dan satu lagi daftar riwayat hidup saya menjadi panjang setelah mengikuti program PPAN disamping saya juga memang hobby berpindah-pindah tempat kerja.
Plus lainnya adalah kesempatan besar untuk mengunjungi negara-negara lain melalui beasiswa. Dengan sertifikat yang kita telah miliki menjadi nilai plus bagi alumni PPAN untuk mendapatkan beasiswa lainnya ke berbagai negara. Sebelumnya saya pernah ke India melalui beasiswa ITEC (pengalaman di India) dan beasiswa Australia Awards Scholarships AAS untuk program master di Flinders University pada Jurusan Education (pengalaman di Adelaide, Australia). Saya sendiri sudah empat kali menerima beasiswa setelah program PPAN berlangsung dan saat ini saya sedang berada di Australia sebagai penerima beasiswa Australia Awards Scholarships (AAS) selama dua tahun ke depannya. Sungguh sebuah pintu kecil pembuka jalan-jalan besar lainnya yang diberikan ALLAH melalui kesempatan berpartisipasi di PPAN Australia Indonesia.
Salam Saya,
Khairullah
Master of Education, Special Educatio
Sturt Road, Bedford Park | South Australia | 5042
GPO Box 2100 | Adelaide SA 5001
Email: raza0017@flinders.edu.au
Mobile: +61450-191414
Saya selalu ingin membuat jalan hidup saya sendiri. Sendiri, yah sendiri dengan cara saya sendiri bukan didikte dari siapapun, ingin keluar dari mainstream orang Palu kebanyakan dan saya ingin melihat dunia, mengamati perbandingan budaya dan menikmati sensasi travelling. Sungguh, saya bisa terheran-heran dibuat bagaimana seorang yang tajir tidak pernah travelling. Come on! hidup itu cuma sekali, lihatlah dunia yang luas ini dan kau akan kaya pengalaman dan jiwa.
Perubahan cara pandang saya melihat hidup menjadi lebih simple merupakan manfaat dari mengikuti Pertukaran Pemuda. Saya melihat hidup lebih sederhana dimana dulu saya melihat segala sesuatunya begitu ruwet. Sekarang ini hidup bagi saya adalah sebuah perjalanan singkat yang harus kita warnai seindah mungkin dengan pengalaman yang banyak. Nah bayangkan kalau kertas perjalanan saya hanya diisi dengan cerita-cerita seperti kebanyakan orang dan sampai mati hanya membanggakan dari mana saya berada. Oh, Herul life is once only, LIVE IT! lalu saya pun berubah, ingin melihat belahan dunia lainnya. Perubahan pada cara saya melihat hidup ini pun dirasakan benar oleh orang-orang terdekat saya dalam keluarga. Dalam waktu kurang dari 6 bulan program PPAN telah merubah sisa hidup saya yang mungkin sudah bisa ditebak arah sebelumnya namun saya membongkar puzzle itu dan menjalaninya dengan sebuah petualangan dan merangkai dan membingkai ala saya.
Memiliki networking secara internasional dengan teman-teman dari berbagai daerah di Indonesia dan kota-kota di Australia bahkan negara lain yang kita akan temui selama perjalanan program PPAN merupakan nilai plus lainnya dari mengikuti program PPAN. Bayangkan kamu memiliki 17 teman seprogram dari berbagai daerah di Indonesia, ini bukan hal biasa super duper extra luar biasa. Mengapa? mereka orang-orang pilihan dari daerah mereka masing-masing yang memiliki potensi besar menjadi pemimpin di daerah mereka. Prestasi mereka luar biasa baik nasional maupun internasional, pengalaman kerja yang hebat dan prestasi akademik yang gemilang. Prestasi sebagai duta wisata hampir disandang semua peserta Indonesia, bekerja di tempat bergengsi dan segudang pengalaman mereka yang membuat saya rasanya minder waktu itu untuk mengeksplorasi keunikan masing-masing teman saya di program. Orang-orang yang saya temui dalam perjalanan hidup saya membuat saya 'kaya' dan selalu merasa kurang dalam hal pengalaman.
Belumlah puas rasanya menjelajahi kehebatan teman-teman Indonesia saya, lalu saya pun harus bergaul lagi dengan 18 pemuda-pemuda Australia selama program. Hangatnya diskusi kami tentang budaya, pandangan hidup dan paling menarik yang membuat saya selalu ingin tahu latar belakang seseorang melakukan suatu tindakan yang mungkin bisa saya lihat dari peserta Australia. Hidup berdampingan dengan mereka selama program memang saya rasakan membutuhkan kesabaran yang tinggi dikarenakan perbedaan latar belakang budaya kami namun dibalik semua itu mereka memberikan saya pelajaran berharga untuk selalu bertoleransi dalam hidup berdampingan. Pelajaran mengenai kerja keras, pantang menyerah, tepat waktu dan berdisiplin adalah sebagian kecil yang bisa saya pelajari dari peserta-peserta Australia. Ditambah lagi suasana keakraban dan kekeluargaan menghiasi persahabatan antar dua negara Australia dan Indonesia.
Pengalaman hidup, tinggal dan menjadi bagian dari keluarga Australia selama dua bulan merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi saya. Mengamati secara langsung kebiasaan orang Australia dan turut menjadi bagian dari anggota keluarga menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Saya jadi bertoleransi dengan orang tua angkat saya yang tidak memahami kebudayaan, pandangan hidup dan agama saya. Setelah bersama mereka dua bulan saya merasakan half of my way has been lost and another half better way of life has been adopted. Sadar atau tidak, saya telah tinggal di dalam keluarga ini, makan makanan yang sama di meja makan bersama-sama, memanggil mereka mom and dad, mengantar saya ke masjid untuk sholat Jum'at padahal mereka Atheis dan tiap pagi menyapa saya good morning Herul menjadi pengalaman takkan terganti dalam hidup saya. Komunikasi saya pun tetap terjalin hingga saat ini sehingga memungkinkan saya untuk mengunjungi mereka kembali di Australia. Nah satu lagi keuntungan dari tinggal di host family ini adalah pengalamannya karena kalaupun kita ke Australia belum tentu bisa hidup dan tinggal serta mengambil bagian sebagai anggota keluarga dalam keluarga Australia. Kapan lagi kalau bukan di PPAN ini.
Secara internasional well-recognized certificate dari youth exchange sangat berpengaruh. Nah tak jarang alumni PPAN mendapatkan pekerjaan dengan mudah dan beasiswa ke luar negeri dengan mudah karena sertifikat yang dimiliki telah bertaraf internasional. Berikut beberapa alumni pertukaran pemuda asal Sulawesi Tengah yang berhasil mendapatkan beasiswa melanjutkan study di luar negeri Habiruddin Said dan Putri Gagaramusu di USA, Zulkifli Radjamuda di UK, Mochtar Marhum dan Nursehang Thamrin di Australia, Agus Lamakarate di Canada, Fadila dan Evi Yuniarti di Belanda, Mukrim Tamrin di New Zealand dan saya sendiri yang sekarang masih menempuh master saya di Australia.
Disamping kami juga mendapatkan sertifikat dari pihak negara tujuan kita dalam hal ini government mereka dan dari pihak kita yang dikeluarkan oleh pemerintah Negara Republik Indonesia sebagai duta bangsa. Yah, kita bisa keluar negeri bolak balik berapa kali namun sertifikat ini tidak akan kita miliki kalau tidak pernah mengikuti exchange program. Nah karena kita sudah mendapatkan sertifikat bertaraf internasional sehingga memudahkan kita untuk membuka peluang-peluang lainnya.
Saya dan Counterpart
Banyak yang bertanya apa itu counterpart? Untuk program Australia Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP) counterpart hanya ada di fase Indonesia jadi selama kami di Australia kami tidak didampingi counterpart. Jadi counterpart itu adalah peserta dari Australia yang dipasangkan dengan peserta Indonesia selama program berlangsung. Counterpart dipilih berdasarkan keputusan koordinator dengan melihat profil masing-masing peserta yang memiliki kesamaan minat, pekerjaan dan latar belakang pendidikan. Selama program kita akan tinggal serumah bahkan sekamar bahkan seranjang dengan counterpart selama dua bulan. Dua bulan bukanlah waktu singkat untuk melatih sabar, melatih bahasa Inggris dan menjadi guide dadakan gratis kemana-mana. Peserta Indonesia akan menemani counterpart melakukan kegiatan workplacement di Indonesia dan membantu komunikasi dengan orang tua angkat di Indonesia. Weits. hal ini bukan perkara mudah, sounds good tapi resikonya tinggi.
Sekembalinya saya di Palu ada hal yang saya rasakan berbeda yakni nilai tawar saya sebagai pengajar Bahasa Inggris kian naik karena berkat pengalaman saya di Australia. Hal ini memang terbukti dengan semakin membaiknya komunikasi saya dalam berbahasa Inggris dikarenakan dua bulan tinggal bersama orang tua angkat dan dua bulan bersama counterpart. So I rarely use my mother tongue in my daily life during the program. Dengan semakin tingginya permintaan untuk mengajar membuat nilai tawar saya naik sehingga bisa ditebak akan berefek ke isi dompet. Saya bisa pasang tarif untuk setiap les privat dan mengajar di lembaga. See how it works. Setelah saya menyelesaikan kuliah saya tepat waktu. tolong dicatat bahwa dengan mengikuti program PPAN tidak menghambat kuliah saya dan saya tetap bisa selesai selama 4 tahun dengan IPK memuaskan bagi saya. Nah terbantahkan kan mitos anak program telat selesai karena masalah selesai kuliah adalah masalah personal tolong jangan disangkutpautkan dengan program PPAN. seseorang yang tanpa mengikuti PPAN juga bisa cepat selesai dan lambat selesai semua tergantung dari person itu sendiri.
Setelah pulang ke Sulawesi Tengah saya bergabung dengan para alumni PPAN dibawah payung Purna Caraka Muda Indonesia (PCMI) Sulteng. Hal yang sangat saya dambakan untuk menjadi bagian dari keluarga besar orang-orang hebat di mata saya. Semenjak kuliah anak-anak PCMI memiliki prestasi yang gemilang dan selalu menjadi role model bagi adik-adik junior. Setiap cerita dan inspirasi dari mereka menjadi pemicu saya untuk tetap mengejar mimpi ke negeri impian. Menjadi bagian dari PCMI, yang beranggotakan putra-putra terbaik Sulawesi Tengah mengabdi untuk Sulteng dan memberikan arahan bagi calon-calon penerus PCMI ke depannya sehingga PPAN makin dikenal di masyarakat sehingga bisa memberikan kontribusi bagi pemuda di Sulteng.
Berkat pengalaman mengikuti seleksi PPAN yang ketat saya membuka peluang yang lain yakni di tahun 2006 saya terpilih menjadi Putera Pariwisata Sulawesi Tengah dimana pemilihannya diikuti 7 kabupaten dan 1 kota di Sulawesi Tengah. Program ini diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah. Disini saya benar-benar diberi kesempatan lagi berkat mengikuti seleksi PPAN. Percaya diri, kepemimpinan dan keinginan untuk berkompetisi terus terbangun semenjak dinyatakan menjadi Calon Duta Sulawesi Tengah di PPAN Australia Indonesia.
Alhamdulillah ketika selesai kuliah saya daftar CPNS dan saya lulus pada percobaan pertama. Semua berkat karunia Allah yang membukakan saya peluang untuk mengikuti PPAN dimana saya memiliki sertifikat dua negara yakni Australia dan Negara Republik Indonesia tercinta dalam hal ini Kemenpora, selanjutnya saya memiliki sertifikat dari pemerintah Kalimantan Selatan, Sertifikat dua tempat kerja saya di Australia dan beberapa surat referensi dari atasan saya di Australia. Dan satu lagi daftar riwayat hidup saya menjadi panjang setelah mengikuti program PPAN disamping saya juga memang hobby berpindah-pindah tempat kerja.
Plus lainnya adalah kesempatan besar untuk mengunjungi negara-negara lain melalui beasiswa. Dengan sertifikat yang kita telah miliki menjadi nilai plus bagi alumni PPAN untuk mendapatkan beasiswa lainnya ke berbagai negara. Sebelumnya saya pernah ke India melalui beasiswa ITEC (pengalaman di India) dan beasiswa Australia Awards Scholarships AAS untuk program master di Flinders University pada Jurusan Education (pengalaman di Adelaide, Australia). Saya sendiri sudah empat kali menerima beasiswa setelah program PPAN berlangsung dan saat ini saya sedang berada di Australia sebagai penerima beasiswa Australia Awards Scholarships (AAS) selama dua tahun ke depannya. Sungguh sebuah pintu kecil pembuka jalan-jalan besar lainnya yang diberikan ALLAH melalui kesempatan berpartisipasi di PPAN Australia Indonesia.
Salam Saya,
Khairullah
Master of Education, Special Educatio
Sturt Road, Bedford Park | South Australia | 5042
GPO Box 2100 | Adelaide SA 5001
Email: raza0017@flinders.edu.au
Mobile: +61450-191414