Banyak hal yang saya pelajari tentang hidup ini selama 2 tahun menempuh masa study di Australia, namun yang paling sangat berharga bagi saya adalah semakin munculnya keinginan untuk taat dalam Islam. Ini semacam perjalanan spiritual tentang pencarian makna dan tujuan hidup yang sudah lama saya cari.
Di tahun 2011, saat saya memutuskan berhenti bekerja dan keluar dari Kementerian Luar Negeri saya terus mencari apa yang bisa membuat saya bahagia. Dan pada saat saya di Kemenlu, saya tidak merasakan itu. Sebelum saya bergabung di Kemenlu saya mempunyai angan-angan bahwa bekerja di tempat bergengsi bisa membuat bahagia dan terpenuhi secara materi. Namun tidak saya temukan disana sehingga saya memutuskan keluar.
Semenjak itu saya terus belajar pada "sekolah kehidupan", banyak membaca buku dan kejadian keluarnya saya dari Kemenlu menjadi titik balik apa sebenarnya yang saya cari dalam hidup ini. Berbagai definisi tentang kebahagiaan saya baca sehingga menjadikan saya lebih banyak berfikir tentang mau kemana hidup saya ini dan saya selalu berfikir bahwa hidup ini harus bermakna karena hidup hanya sekali. Saya ingin hidup bukan sekedar eksis.
Kembali ke Palu bekerja sebagai PNS di lingkup Prov. Sulawesi Tengah membuat hidup saya damai, berkumpul bersama keluarga, teman dan ibadah kepada Allah. Sekali waktu teman kantor saya mengajak saya ikut pengajian dan beberapa kali saya ikut namun hati saya belum tersentuh. Saya tetap dengan prinsip dan gaya saya bahwa cukup sholat 5 waktu dan berbuat baik. That's it. Namun saya selalu meminta kepada Allah agar ditunjukkan kalau kebenaran itu adalah kebenaran dan sanggupkan saya mengikutinya dan tunjukkan jika kebathilan itu adalah bathil dan beri saya kesanggupan untuk meninggalkannya.
Tepat 3 tahun bekerja di lingkup Pemprov Sulteng saya berangkat ke Australia untuk kuliah. Mungkin ini yang bisa membuat saya bahagia karena ini adalah impian saya sejak lama. Ternyata setelah tiba dan kuliah di Australia saya semakin gamang. Arah hidup saya semakin tidak jelas hendak kemana. Saya mempertanyakan apa tujuan daripada kuliah semua ini? Hendak kemana hidup saya jika saya habiskan untuk mempelajari ini? Saya merasa mengapa saya harus mendengarkan ceramah dari dosen yang mengenal Tuhannya saja tak sanggup. Saya semakin gamang sehingga saya kuliah hanya sekedar saja. Saya pun siap dipulangkan jika nilai saya tidak lulus. Saya benar benar pasrah.
Ujian ketaatan saya kepada Allah diuji di negeri kangguru ini, saya tinggal sendiri di negara bebas. Semua terserah saya, tidak ada yang menghakimi saya terhadap apapun gaya hidup yang saya pilih. Namun saya tetap menjalani ibadah semampu saya. Justru saya ingin menunjukkan apakah memang saya benar benar seorang yang ikhlas berislam atau karena bentukan lingkungan yang mendukung saya untuk berislam seperti di Indonesia. Saya banyak bertafakur dan harus benar benar sadar bahwa apa yang saya lakukan harus saya ketahui ilmunya lalu saya laksanakan. Saya mau sholat bukan karena tuntutan orang lain tapi karena saya tahu ilmunya dan konsekuensinya...
Di masa - masa penuh kegamangan, kekalutan dan kekhawatiran saya menemukan ketenangan ketika berada di ruang shalat kampus. Saya benar benar tenang dan damai melihat mahasiswa shalat dan membaca Alqur'an sehingga saya memiliki ketertarikan mempelajari Islam. Disinilah saya banyak bergaul dari orang-orang yang faham agama Islam. Saya merasa butuh spiritualitas ditengah kegamangan hidup dengan suasana perkuliahan di Australia. Saya makin menikmati diskusi tentang Islam dan fadhilah dibalik ajaran Islam.
Di sela sibuknya mengerjakan tugas kampus saya selalu menyempatkan membuka situs tentang Islam dan mendengarkan ceramah Islam. Hidup saya yang dulu diliputi musik kini tergantikan dengan ceramah Islam. Ketika di perpustakaan Al quran saya letakkan di meja sebagai pengingat sudah berapa buku yang saya baca dan saya harus menyeimbangkan dengan membaca Alqur'an. Dari hanya membaca Al-quran saya mulai pelan pelan membaca artinya. Pertanyaan-pertanyaan saya tentang hidup ini terjawab dalam Alquran. Dulu saya hanya berfikir bahwa permasalahan hidup manusia tidak bisa terjawab dalam Alquran karena Alquran tidak membahas secara spesifik tentang masalah manusia, namun saya salah. Saya bertaubat dan makin mendekat kepada Allah. Dengan terbatasnya ilmu saya dulu, saya sudah berani menjudge Alquran hanya khusus ibadah saja namun ternyata Alquran mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.
Saya pelan pelan memperbaiki ibadah saya terutama mengenai hati yakni riya, ujub, sombong dan takabbur. Saya juga menemukan tentang bahaya ghibah dalam amalan kita sehingga saya melatih diri untuk tidak berghibah dan menghindari obrolan yang potensial menimbulkan ghibah. Hingga saya tiba pada satu titik penyerahan diri kepada Allah bahwa ya Allah kehidupan dunia ini telah engkau anugerahkan begitu banyak kepada saya, begitu banyak waktu yang saya sia-sia kan selama ini dan tidak bersyukur, sekarang saya datang kepadaMu siap untuk diatur dengan aturanmu ya Allah sesuai Alqur'an dan Sunnah Rasul. Saya merasakan jarak terdekat antara saya dan Allah dalam sujud sujud saya mengakui segala kelemahan dan inilah momen yang sulit saya utarakan ketika hidayah Allah itu datang.
Perubahan arah tujuan hidup pun semakin jelas, dulu saya pengen melanjutkan S3 di luar negeri namun mimpi itu sudah tidak ada. Saya ingin mempelajari ilmu agama saya. Mempelajari ilmu Islam ada kewajiban bagi seorang muslim. Dulu saya sangat memimpikan jalan-jalan ke Eropa dan entah kemana mimpi itu pergi berganti ingin melihat ka'bah dan bersujud disana. Mimpi saya jadi lebih sederhana ingin meninggal dalam keadaan khusnul khatimah.
Tidak pernah terbayangkan dahulu saya akan bisa berada di titik saat ini. Tiada hari rasanya terlewatkan tanpa membaca tentang artikel Islam dan saya sibuk dengan pencarian ini yang sedikit berefek kepada perubahan prilaku saya. Saya rasa saya menjadi pribadi yang lebih banyak berfikirnya daripada ngomongnya. Ngomong rasanya takut, takut ada ujub, riya dan sombongnya. Takut jangan sampai terseret ghibah. Saya sangat sayang dengan amalan saya yang belum seberapa ini jika harus ditambah dosa lagi. Saya merasakan inilah bahagia, bahagia dalam ketaatan kepada Allah dan hanya saya bisa rasakan karena saya pernah berada dalam kegamangan hidup.
Saya selalu berdoa, Ya Allah ajari aku untuk dekat kepadaMu, ajari aku untuk lebih mengenalMu serta pertemukanlah saya dengan orang-orang yang bisa membimbing saya untuk menjadi lebih baik. dalam agama ini. Bagaimanapun sibuknya kuliah ketika waktu sholat saya akan keluar shalat tepat waktu mesti harus shalat di koridor kampus. Di kampus memang ada ruang sholat namun hanya 1 dan jarak dari tempat kuliah saya lumayan jauh sehingga saya memutuskan untuk shalat di koridor atau cari ruangan kosong.
Dulunya saya yang selalu nyetel musik alhamdulillah tergantikan dengan mendengar ceramah agama. Ketika berada di perpustakaan atau di bus saya selalu mengulang ceramah ceramah yang saya download. Dan bersyukurnya disini koneksi internet sangat bagus dan tersedia di rumah dan kampus sehingga membuat saya lebih gampang untuk mengaksesnya. Ceramah yang sering saya dengarkan dari Aa Gym, Dr. Khalid Basalamah, Dr. Syafiq Riza Basalamah, Adi Hidayat Lc, M.A, Nouman Ali Khan dan kisah kisah mualaf dunia. sebagai selingannya sebagai break dari semua itu kadang saya menonton Kick Andy dan Mario Teguh.
Hal yang paling saya rasakan ketika mempelajari Islam adalah semakin kita mempelajarinya semakin bertambah kekaguman kita atas kuasa Allah dan saya merasa hamba yang siap untuk hidup diatur atas jalan takdirNya. Ada hadist yang sangat "nendang" bagi saya ketika saya baca waktu itu
Di tahun 2011, saat saya memutuskan berhenti bekerja dan keluar dari Kementerian Luar Negeri saya terus mencari apa yang bisa membuat saya bahagia. Dan pada saat saya di Kemenlu, saya tidak merasakan itu. Sebelum saya bergabung di Kemenlu saya mempunyai angan-angan bahwa bekerja di tempat bergengsi bisa membuat bahagia dan terpenuhi secara materi. Namun tidak saya temukan disana sehingga saya memutuskan keluar.
Semenjak itu saya terus belajar pada "sekolah kehidupan", banyak membaca buku dan kejadian keluarnya saya dari Kemenlu menjadi titik balik apa sebenarnya yang saya cari dalam hidup ini. Berbagai definisi tentang kebahagiaan saya baca sehingga menjadikan saya lebih banyak berfikir tentang mau kemana hidup saya ini dan saya selalu berfikir bahwa hidup ini harus bermakna karena hidup hanya sekali. Saya ingin hidup bukan sekedar eksis.
Kembali ke Palu bekerja sebagai PNS di lingkup Prov. Sulawesi Tengah membuat hidup saya damai, berkumpul bersama keluarga, teman dan ibadah kepada Allah. Sekali waktu teman kantor saya mengajak saya ikut pengajian dan beberapa kali saya ikut namun hati saya belum tersentuh. Saya tetap dengan prinsip dan gaya saya bahwa cukup sholat 5 waktu dan berbuat baik. That's it. Namun saya selalu meminta kepada Allah agar ditunjukkan kalau kebenaran itu adalah kebenaran dan sanggupkan saya mengikutinya dan tunjukkan jika kebathilan itu adalah bathil dan beri saya kesanggupan untuk meninggalkannya.
Tepat 3 tahun bekerja di lingkup Pemprov Sulteng saya berangkat ke Australia untuk kuliah. Mungkin ini yang bisa membuat saya bahagia karena ini adalah impian saya sejak lama. Ternyata setelah tiba dan kuliah di Australia saya semakin gamang. Arah hidup saya semakin tidak jelas hendak kemana. Saya mempertanyakan apa tujuan daripada kuliah semua ini? Hendak kemana hidup saya jika saya habiskan untuk mempelajari ini? Saya merasa mengapa saya harus mendengarkan ceramah dari dosen yang mengenal Tuhannya saja tak sanggup. Saya semakin gamang sehingga saya kuliah hanya sekedar saja. Saya pun siap dipulangkan jika nilai saya tidak lulus. Saya benar benar pasrah.
Ujian ketaatan saya kepada Allah diuji di negeri kangguru ini, saya tinggal sendiri di negara bebas. Semua terserah saya, tidak ada yang menghakimi saya terhadap apapun gaya hidup yang saya pilih. Namun saya tetap menjalani ibadah semampu saya. Justru saya ingin menunjukkan apakah memang saya benar benar seorang yang ikhlas berislam atau karena bentukan lingkungan yang mendukung saya untuk berislam seperti di Indonesia. Saya banyak bertafakur dan harus benar benar sadar bahwa apa yang saya lakukan harus saya ketahui ilmunya lalu saya laksanakan. Saya mau sholat bukan karena tuntutan orang lain tapi karena saya tahu ilmunya dan konsekuensinya...
Di masa - masa penuh kegamangan, kekalutan dan kekhawatiran saya menemukan ketenangan ketika berada di ruang shalat kampus. Saya benar benar tenang dan damai melihat mahasiswa shalat dan membaca Alqur'an sehingga saya memiliki ketertarikan mempelajari Islam. Disinilah saya banyak bergaul dari orang-orang yang faham agama Islam. Saya merasa butuh spiritualitas ditengah kegamangan hidup dengan suasana perkuliahan di Australia. Saya makin menikmati diskusi tentang Islam dan fadhilah dibalik ajaran Islam.
Di sela sibuknya mengerjakan tugas kampus saya selalu menyempatkan membuka situs tentang Islam dan mendengarkan ceramah Islam. Hidup saya yang dulu diliputi musik kini tergantikan dengan ceramah Islam. Ketika di perpustakaan Al quran saya letakkan di meja sebagai pengingat sudah berapa buku yang saya baca dan saya harus menyeimbangkan dengan membaca Alqur'an. Dari hanya membaca Al-quran saya mulai pelan pelan membaca artinya. Pertanyaan-pertanyaan saya tentang hidup ini terjawab dalam Alquran. Dulu saya hanya berfikir bahwa permasalahan hidup manusia tidak bisa terjawab dalam Alquran karena Alquran tidak membahas secara spesifik tentang masalah manusia, namun saya salah. Saya bertaubat dan makin mendekat kepada Allah. Dengan terbatasnya ilmu saya dulu, saya sudah berani menjudge Alquran hanya khusus ibadah saja namun ternyata Alquran mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.
Saya pelan pelan memperbaiki ibadah saya terutama mengenai hati yakni riya, ujub, sombong dan takabbur. Saya juga menemukan tentang bahaya ghibah dalam amalan kita sehingga saya melatih diri untuk tidak berghibah dan menghindari obrolan yang potensial menimbulkan ghibah. Hingga saya tiba pada satu titik penyerahan diri kepada Allah bahwa ya Allah kehidupan dunia ini telah engkau anugerahkan begitu banyak kepada saya, begitu banyak waktu yang saya sia-sia kan selama ini dan tidak bersyukur, sekarang saya datang kepadaMu siap untuk diatur dengan aturanmu ya Allah sesuai Alqur'an dan Sunnah Rasul. Saya merasakan jarak terdekat antara saya dan Allah dalam sujud sujud saya mengakui segala kelemahan dan inilah momen yang sulit saya utarakan ketika hidayah Allah itu datang.
Perubahan arah tujuan hidup pun semakin jelas, dulu saya pengen melanjutkan S3 di luar negeri namun mimpi itu sudah tidak ada. Saya ingin mempelajari ilmu agama saya. Mempelajari ilmu Islam ada kewajiban bagi seorang muslim. Dulu saya sangat memimpikan jalan-jalan ke Eropa dan entah kemana mimpi itu pergi berganti ingin melihat ka'bah dan bersujud disana. Mimpi saya jadi lebih sederhana ingin meninggal dalam keadaan khusnul khatimah.
Tidak pernah terbayangkan dahulu saya akan bisa berada di titik saat ini. Tiada hari rasanya terlewatkan tanpa membaca tentang artikel Islam dan saya sibuk dengan pencarian ini yang sedikit berefek kepada perubahan prilaku saya. Saya rasa saya menjadi pribadi yang lebih banyak berfikirnya daripada ngomongnya. Ngomong rasanya takut, takut ada ujub, riya dan sombongnya. Takut jangan sampai terseret ghibah. Saya sangat sayang dengan amalan saya yang belum seberapa ini jika harus ditambah dosa lagi. Saya merasakan inilah bahagia, bahagia dalam ketaatan kepada Allah dan hanya saya bisa rasakan karena saya pernah berada dalam kegamangan hidup.
Saya selalu berdoa, Ya Allah ajari aku untuk dekat kepadaMu, ajari aku untuk lebih mengenalMu serta pertemukanlah saya dengan orang-orang yang bisa membimbing saya untuk menjadi lebih baik. dalam agama ini. Bagaimanapun sibuknya kuliah ketika waktu sholat saya akan keluar shalat tepat waktu mesti harus shalat di koridor kampus. Di kampus memang ada ruang sholat namun hanya 1 dan jarak dari tempat kuliah saya lumayan jauh sehingga saya memutuskan untuk shalat di koridor atau cari ruangan kosong.
Dulunya saya yang selalu nyetel musik alhamdulillah tergantikan dengan mendengar ceramah agama. Ketika berada di perpustakaan atau di bus saya selalu mengulang ceramah ceramah yang saya download. Dan bersyukurnya disini koneksi internet sangat bagus dan tersedia di rumah dan kampus sehingga membuat saya lebih gampang untuk mengaksesnya. Ceramah yang sering saya dengarkan dari Aa Gym, Dr. Khalid Basalamah, Dr. Syafiq Riza Basalamah, Adi Hidayat Lc, M.A, Nouman Ali Khan dan kisah kisah mualaf dunia. sebagai selingannya sebagai break dari semua itu kadang saya menonton Kick Andy dan Mario Teguh.
Hal yang paling saya rasakan ketika mempelajari Islam adalah semakin kita mempelajarinya semakin bertambah kekaguman kita atas kuasa Allah dan saya merasa hamba yang siap untuk hidup diatur atas jalan takdirNya. Ada hadist yang sangat "nendang" bagi saya ketika saya baca waktu itu
sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkannya dalam urusan agama.” (HR. Bukhari nomor 71 dan Muslim nomor 1037).
saya akhirnya sadar bahwa jika Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang bukan ditambah hartanya atau ditambah terkenalnya tapi diberikannya pemahaman atas urusan agama, tau membedakan mana yang halal, haram, syubhat, dan sunnah.
Sesekali waktu saya diajak teman juga shalat di salah satu masjid di Adelaide. Kami biasa menyebutnya Masjid Marion karena terletak di Marion Road. Biasanya Shalat magrib, isya dan shubuh. Dan kami punya program SBY (Shubuh Bareng Yuk) jadi yang ingin shalat shubuh jamaah di masjid bisa ikutan nebeng ke yang punya mobil. wah seru pokoknya. Paling mantap imamnya di Masjid Marion, tajwid dan bacaannya bagus banget orang Saudi. Meski belum pernah merasakan shalat di masjidil haram, rasanya saya sedang berada disana. Dengan seringnya saya diajak ke masjid saya jadi senang juga dan merasakan positive feel shalat jamaah di masjid ditengah kegersangan spiritual islam di Australia.
Dapat info kalau disamping masjid ada rumah khusus kos-kosan. Saya pengen banget ya Allah ingin lebih dekat denganMu. Sayapun melamar di kosan tersebut meski masih full tapi saya bersedia masuk daftar tunggu. Alhamdulillah saya dapat dan semenjak semester 3 dan 4 saya ngekos disamping masjid Marion. Masalah jarak kampus dan rumah harus menempuh 2 kali naik bus tak masalah, niat saya hanya ingin memprioritaskan ibadah saya. Kuliah harus saya nomorkesekiankan dibanding urusan ibadah.
Mungkin ini juga yang saya rasakan kegersangan spiritual karena jarangnya ke masjid dan mendengar adzan selama di Australia sehingga saat di masjid tenang dan damai rasanya. Berkumpul bersama jamaah lainnya dan berdiskusi sharing pengalaman tentang Islam banyak saya dapatkan di masjid.
Semenjak tinggal di Masjid Marion ini membuat saya semakin termotivasi belajar Islam. Saya selalu merasa iri melihat orang-orang yang bisa berada di masjid lebih lama, shalat yang lebih panjang dan baca Al-qur an lebih lama. Saya terpacu untuk menjadi lebih baik dan tak sering saya bertanya kepada mereka mereka itu tentang apa yang membuat mereka bisa seperti itu dan pelan pelan saya terapkan. Saya sering melihat para penghafal Alquran yang murajaah, orang yang belajar Al-quran, orang yang mengkaji Alqur'an. Kegiatan Islam di masjid benar benar beragam. Alhamdulillah saya berkenalan dengan seorang syeikh dari Saudi yang mengambil S3nya dan seorang penghafal Alquran, dari dia saya belajar tentang Islam dan pertanyaan-pertanyaan saya tentang Islam dengan senang hati dia jawab. Akhirnya saya pelan pelan juga ngafalin dikit dikit Al-quran dan SUBHANALLAH, saya merasakan dengan sedikit yang kita hafal itu membuat kita semakin ingin menambah terus hafalan Al-quran.
Alhamdulillah dengan semakin seringnya saya berdiskusi dengan syeikh tersebut saya meminta waktunya mungkin seminggu 2 kali atau seminggu sekali untuk diberikan tausiyah secara private apa yang fundamental dalam Islam. Disinilah saya makin merasakan gairah untuk mempelajari Islam karena dia bisa menjelaskan ke saya fadhilah seorang penuntut ilmu di jalan Allah dan masih banyak hal lain tentang Islam. Dia kayak memberikan saya "kotak berlian" tentang bagaimana mengarungi hidup ini. Memang bukan harta tapi ini jauh lebih berharga dari harta karena ini bekal saya mengarungi hidup.
saat ini minggu minggu terakhir saya di Adelaide, saya juga mengisinya dengan belajar tajwid dari syeikh yang lainnya. Inilah yang saya tidak akan pernah lupakan tentang kuliah saya di Australia pergelutan menemukan jalanMu ya Allah.
Di sela waktu kuliah yang lowong saya lebih banyak membaca, mendengar ceramah, dan bertafakur tentang makna hidup yang secara Islami, memulai berfikir dengan melibatkan Allah di dalamnya
Tidak ada lagi keraguan dan ketakutan
hampir lupa akan rasa khawatir itu
karena yakin hidup ini sudah dijamin oleh ALLAH
Yang aku butuhkan hanyalah taat
Taat itu nikmat dan membahagiakan
Hanya ingin semakin tahu sehingga membuatku sadar
Ingin hanya bahagia dalam ketaatanmu ya Allah
Semuanya dalam genggamanMu
Senjataku hanya taat sesuai tuntunan Al Quran dan Sunnah Rosul
Aku tidak meminta orang mengerti jalan yang kupilih, karena ini bahagiaku dan akulah yang merasakannya
Inilah tafakurkua demi ridha bahagia dunia akhirat
Adelaide, 12 Desember 2015